Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Begini Rasanya Perjalanan Darat 3 Hari dari Medan ke Jakarta

11 Februari 2016   12:05 Diperbarui: 11 Februari 2016   12:36 18853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat datang di Provinsi Sumatera Barat. Kalimat tersebut tertulis di sebuah gapura perbatasan di wilayah yang masih sepi penduduk, didominasi hutan-hutan perbukitan. Kabupaten pertama memasuki Ranah Minang ini adalah Pasaman, tepatnya di daerah bernama Rao. Di sini terlihat asri. Suasananya masih terlihat tradisional. Hamparan sawah terbentang di kedua sisi jalan. Di ujung sana, di daerah persawahan tepat di bawah perbukitan tampak gumpalan putih semacam asap yang bisa digapai oleh tangan. That's sky! Awannya rendah, bro. Wuih.

Bus terus menyusuri wilayah Pasaman nan eksotis. Dari kejauhan terbaca sebuah tulisan di atas gapura "Khatulistiwa". Ternyata tidak hanya di Pontianak, Kalimantan Barat, disini juga ada titik bumi. Namun saya hanya bisa melihatnya, tidak bisa didatangi secara dekat. Karena bus terus bergerak. Never mind.

Masih di dataran tinggi wilayah Sumbar. Bus memasuki Kota Bukittinggi. Meski terletak di puncak namun suasana kota sudah terbilang modern. Ini merupakan wilayah kotamadya. Hawanya tentu saja dingin. Airnya pun tak jauh berbeda dengan dinginnya es. Romantis sekali kota ini.

Tidak hanya Danau Toba, bus ini juga melintasi danau eksotis yang menjadi kebanggaan Ranah Minang, Danau Singkarak. Danau ini pun cukup luas. Meski tidak seluas Danau Toba, namun sepanjang melintasi pesisir danau dilewati hampir 20 menit. Puas memandang danau lagi. Keren.

Melewati Kabupaten Solok. Kemudian  berlanjut ke Kabupaten Dharmasraya. Daerah ini tidak semenarik wilayah Sumbar lainnya. Terkesan monoton. Semacam kota baru yang dibangun di tengah hutan, namun sudah lebih ramai tentunya. Jalur ini tempat berlalu-lalangnya kendaraan besar antar propinsi. Sesekali terlihat perkebunan sawit. Disini merupakan titik terakhir Propinsi Sumbar.

Memasuki Muaro Bungo wilayah Propinsi Jambi. Penampakan disini didominasi kawasan perkebunan, terutama tanaman Kelapa Sawit. Ronanya tak jauh berbeda dengan daerah sebelumnya, Dharmasraya.

Berpindah ke Kota Sungai Penuh. Daerah ini terlihat lebih modern sebagaimana Kota Jambi. Lalu menembus batas propinsi lagi. Halo Sumatera Selatan! Bus melintasi Kota Lubuk Linggau. Wilayah ini memang sudah pantas disebut sebagai kotamadya. Pembangunan disini terlihat berkembang pesat. Modern.

Sepanjang menempuh beberapa daerah di wilayah Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Komering Ulu (OKU) deretan rumah khas warga setempat menjadi pemandangan yang menarik. Rumahnya berbentuk panggung yang bagian bawahnya tetap dimanfaatkan sebagai gudang atau ruangan lain. Tangga naik ke lantai dua langsung dari luar. Posisi tangga menyamping menempel pada bangunan, bukan bagian ujung tangga sebagaimana rumah panggung khas Melayu. Rumah tradisional ini masih dilestarikan oleh warga, ada juga yang sudah berbahan beton.

[caption caption="Sepanjang Sumatera Selatan akan terlihat rumah khas seperti ini"]

[/caption]Memasuki Kabupaten Lahat. Paras di sepanjang jalan ini masih serupa seperti di OKI. Daerah ini menyimpan kenangan spesial buat saya, dimana disinilah ajakan melalui telepon genggam untuk mengunjungi Istana Negara aku terima. Undangan dari Kompasiana. Unforgettable moment.

Di Sumatera Selatan bus melintasi jalur berbeda sehingga tidak melewati ibukotanya, Palembang. Selanjutnya memasuki Kota Baturaja, titik wilayah terakhir di propinsi ini sebelum berpindah ke provinsi sebelahnya. Kota ini hawanya tak jauh berbeda dengan Dharmasraya, panas, hanya saja sudah lebih ramai sehingga pantas berstatus kotamadya.

Masuk ke Propinsi Lampung. Namun sayang sekali, selama di propinsi paling ujung di Pulau Sumatera ini tidak bisa menikmati panorama kota-kotanya. Disebabkan perjalanan berlangsung malam hari. Terlebih lagi, dari ujung ke ujung propinsi ini memakan waktu sekitar 10 jam. Sehingga berangkat dari perbatasan Sumsel - Lampung saat menjelang malam dan tiba di ujung Lampung, tepatnya di pelabuhan menuju Propinsi Banten, waktu sudah subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun