Salah satu bentuk ibadah yang tidak terpisahkan dari bulan Ramadhan ialah ibadah sholat tarawih. Sholat Tarawih yang kalau dilihat-lihat ramai diawal kemudian berangsur-angsur mulai surut diakhir-akhir. Entah karena kecapekan, sibuk ngurus rencana mudik atau karena rakaatnya kebanyakan, ett yang terakhir karena baru pertama sholat tarawih mungkin. Alasan lain yang sering saya dengar dari kawan ialah bahwasanya kalau tarawih itu "cuma sunnah" artinya kalau dikerjakan dapat pahala dan kalau tidak dikerjakan juga ya ora popo.
Tapi jangan menyepelekan ibadah ya lurr meskipun cuma Sunnah.
Dalam tulisan ini, penulis tidak ingin membentur-benturkan dalil apalagi mengeksklusifkan suatu ormas tertentu. Tetapi penulis ingin beropini memakai basis dalil yang bisa dipertanggungjawabkan. Jikalau nanti ada pembaca yang tersinggung mungkin saja kedewasaan dia dalam beragama agak kurang. Kalau saya boleh memberi cara supaya tidak tersinggung ialah dengan melihat agama secara holistik (keseluruhan). Yang setengah-setengah itu tidak enak boskuh, Jangan nanggung.!!!
Basis opini saya yang pertama ialah bahwasannya hadist mengenai jumlah rakaat sholat tarawih itu beragam, ada yang menyebut 8 dan juga 20 (plus 3 rakaat witir). Menurut pandangan saya, syariat seolah menawarkan opsi bagi umat Islam mau mengerjakan yang mana. Mau 8 atau 20 dipersilahkan.
Hadist mengenai sholat tarawih 8 rakaat diriwayatkan aisyah, istri Rasulullah SAW ialah :Â
"Nabi SAW tidak pernah melakukan salat sunah pada Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat 4 rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian, beliau salat lagi 4 rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian, beliau salat 3 rakaat [witir]," (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kemudian hadist mengenai sholat tarawih 20 rakaat ialah :
"Dari Yazid bin Ruman telah berkata, 'Orang-orang senantiasa melaksanakan salat pada masa Umar RA pada Ramadan sebanyak 23 rakaat [20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir]," (H.R. Malik)
Kesemua dalil tersebut disesuaikan saja berdasar masing-masing individu dalam mendekatkan kepada Allah SWT. secara khusyuk.
Dilihat dari perspektif masyarakat Indonesia yang lebih suka praktis dan cepat, maka 8 rakaat tarawih dinilai ideal. Tetapi dengan catatan harus dilakukan secara tuma'ninah (tidak terburu-buru) dan khusyuk.