Sesederhana menyukai kegiatan kerajinan tangan, menjadi salah satu alasan di balik terpilihnya produk buket untuk ia pasarkan. Didukung pula pada kebutuhan pasar yang luas serta target market yang cenderung tidak memandang usia dan gender, membuat Asri mantap menjalankan bisnis ini. Katanya, "Saat kita mau memulai usaha, kita harus mendahulukan bisnis yang dibutuhkan oleh pasar bukan sekadar bisnis yang kita mau."
Di samping itu, Asri juga merasa bahagia saat produk buatan tangannya menjadi bagian dari hari istimewa orang-orang. Ia merasa hadir dan merayakan momen berharga melalui jemarinya dalam wujud buket yang ia rangkai dalam sepenuh hatinya.
Menentukan Prioritas
Seandainya Asri adalah ameuba, ia akan membelah diri untuk dapat menjalani seluruh kesibukannya secara bersamaan. Apalagi posisi-posisi yang ia isi di organisasi merupakan jabatan strategis, seperti sekretaris, wakil ketua, atau kepala divisi. Belum lagi kewajibannya menuntaskan peran sebagai representasi dalam ajang duta yang ia ikuti. Demi memastikan seluruh tanggung jawab di bahunya tetap dijalankan maksimal, Asri tetap harus menentukan prioritas. Pendidikan menjadi hal utama yang ia kedepankan. Menurutnya, apapun yang ia jalani hari ini pun karena ia menempuh pendidikan tinggi.
Asri terbiasa menentukan jadwal harian. Tepatnya sebelum tidur, ia membuat daftar kegiatan yang akan ia kerjakan saat matahari menyapa. Asri pun memilah segala aktivitasnya ke dalam beberapa kategori, seperti penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak, dan tidak penting-tidak mendesak. Ini membantunya menentukan apa yang perlu ia kerjakan dan apa yang perlu ia tinggalkan.Â
Menjadi Perempuan Mandiri
Tidak dipungkiri, perjalanannya menuliskan kisah di lembar kehidupan terbentur pada stereotip keterbatasan perempuan. Anggapan perempuan hanya berujung di dapur dan hanya berakhir mengekor suami, masih ia dengar. Asri meyakini kemandirian bukan hanya perlu dimiliki lelaki, namun juga perempuan.
Bagi Asri, modal awal untuk menjadi wanita mandiri ialah memiliki kemauan. Setelah itu, kemauan tersebut harus dilaksanakan dengan mempersiapkan diri atas segala konsekuensi dan risiko yang mungkin dihadapi. Dengan kemauan, setidaknya membuat seseorang terus bergerak dan menjalankan roda kehidupannya sampai Tuhan meminta untuk berhenti.Â
Juga sebab perempuan tidak selamanya akan bergantung pada lelaki. Bahkan kelak sudah mendapatkan jodoh dan menikah, perempuan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada suami. Pandangnya, di akhir kita akan menentukan langkah kita sendiri, itulah mengapa kita perlu mandiri. "Karena lelaki kalau nggak dipanggil Allah, ya direbut orang," tambahnya.Â