Mohon tunggu...
Fadlilah Yuliani
Fadlilah Yuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN PEKALONGAN

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Islam

16 Mei 2021   15:38 Diperbarui: 16 Mei 2021   15:47 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Definisi Filsafat

Filsafat merupakan kata serapan dari  bahasa Yunani “Philosophia", “Philo" berarti suka atau cinta sedangkan “Sophia" adalah bijaksana, maka Philosophia ialah orang yang cinta kepada kebijaksanaan. Istilah philosophia (selanjutnya ditulis filsafat) pertama kali digunakan oleh Phytaghoras (580-500 SM) sebagai reaksi terhadap cendekiawan di masa itu yang mengklaim dirinya sebagai ahli pengetahuan, Phytaghoras menolak klaim tersebut karena ilmu pengetahuan adalah perkara atau objek yang dicari oleh manusia dan dimanfaatkan secara riil oleh manusia, dan manusia tak lain hanyalah pencari pengetahuan (filosof). Istilah ini semakin populer ketika Socrates merumuskannya dalam kurikulum sekolahnya sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan jiwa manusia.

Harun Nasution mempertanyakan serapan yang terdapat dalam bahasa Indonesia tersebut berasal dari bahasa Arab atau langsung dari bahasa Yunani. Terlepas dari konteks kebahasaan tersebut, Kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan kata filsafat yakni pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Artinya terdapat kesamaan makna antara “philosophia", “filsafat" dan “falsafat". Kesamaan makna ini yang menginspirasi sebagian kalangan menyebut “filsafat" dengan “hikmah", terminologi “hikmah" sebagai kebijaksanaan dianggap sepadan dengan kata “philosophia”.

B. Zaman Filsafat Pertama (di Wilayah Timur)

Istilah filsafat dikhususkan bagi sistem berpikir ahli pikir Muslim yang bertitik tolak dan bersandarkan filsafat Hellenis. Filsafat ini berkembang antara 850–1037 di daerah timur dari khalifah  Abbasiyah dan berhaluan neoplatonis bercampur dengan mazhab peripatetis.

1. Al-Kindi (800 - 870)

Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Ya’qub b. Ishaq Al-Kindi Failasuf al-Arab, dilahirkan dari keluarga Arab aristokrat suku Al-Kinda di Kufah (Irak) pada tahun 800. Ayahnya bernama Ishaq ibn Al Sabbab gubernur al-Kufah. Ketika ia masih kecil belajar menulis Arab dan menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an. Ia juga menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.

Pada Abad Pertengahan beberapa kota di Irak (al-Kufah, al- Basra, Baghdad) telah menjadi pusat kebudayaan Islam. Kota al-Kufah memiliki kekhasan untuk mengkaji ilmu-ilmu rasional seperti dasar aritmatika, kajian al-quran, sastra, tata bahasa Arab, dan fiqih. Namun Al-Kindi lebih tertarik pada filsafat dan sains, maka ia pergi ke kota Baghdad untuk mempelajarinya. Al-Kindi juga banyak menerjemahkan karya filsuf Yunani ke dalam bahasa Arab di kota Baghdad. Diantaranya adalah karya dari mazhab Aristotelian dan Neoplatonisme, yang nantinya akan mem- pengaruhi filsafatnya. Dapat dikatakan ia adalah orang Arab pertama yang telah menjembatani antara filsafat Yunani dengan filsafat islam. Selain filsafat, Al-Kindi juga menulis tentang tema lain yang dapat digolongkan sebagai berikut : logika, aritmatika, metafisika, musik, geometri, astronomi, medis, teologi, politik, kimia dan meteorologi. Ibnu Nadim mencatat bahwa karya Al-Kindi mencapai sebanyak dua ratus empat puluh (240) judul buku. Karya utama Al-Kindi adalah Kitab al-Falsafah al-Ula (Buku Filsafat Pertama).

2. Al-Razi (864-925)

Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-Razi, ia dilahirkan dari keluarga pedagang pada tahun 864 di Rayy, di sebuah kota tua dekat Teheran, Iran. Al-Razi memiliki bermacam pengalaman bekerja sebelum meminati ilmu kedokteran dan filsafat. Ia pernah bekerja sebagai tukang intan, penukar uang, dan pemain kecapi. Kemudian ia mempelajari ilmu kimia, namun ditinggalkannya setelah ia menderita penyakit mata akibat dari bahan-bahan kimia. 

Al-Razi dikenal sebagai seorang dokter yang dermawan karena ia sering memberikan pengobatan gratis kepada orang-orang yang miskin. Ia pernah menjabat sebagai kepala rumah sakit Rayy pada masa Gubernur AL-Mansur Ibnu Ishaq dan rumah sakit di Baghdad pada masa pemeritahan khalifah A-Muktafi. Ia juga mempelajari filsafat dari Al-Balkhi. Buku kedokteran yang monumental adalah Al-Hawi, sebuah ensiklopedi kedokteran (al-Jami’: ikthisar ilmu kedokteran) dengan ketebalan dua puluh jilid yang berisi informasi kedokteran Yunani, Syria, Arab dan laporan penelitian pribadi. Buku-buku tentang filsafat yang dia tulis antara lain al-Sirah al-Falsafa, dan al- Rasā’il Falsafiyyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun