Filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Yunani “Philosophia", “Philo" berarti suka atau cinta sedangkan “Sophia" adalah bijaksana, maka Philosophia ialah orang yang cinta kepada kebijaksanaan. Istilah philosophia (selanjutnya ditulis filsafat) pertama kali digunakan oleh Phytaghoras (580-500 SM) sebagai reaksi terhadap cendekiawan di masa itu yang mengklaim dirinya sebagai ahli pengetahuan, Phytaghoras menolak klaim tersebut karena ilmu pengetahuan adalah perkara atau objek yang dicari oleh manusia dan dimanfaatkan secara riil oleh manusia, dan manusia tak lain hanyalah pencari pengetahuan (filosof). Istilah ini semakin populer ketika Socrates merumuskannya dalam kurikulum sekolahnya sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan jiwa manusia.
Harun Nasution mempertanyakan serapan yang terdapat dalam bahasa Indonesia tersebut berasal dari bahasa Arab atau langsung dari bahasa Yunani. Terlepas dari konteks kebahasaan tersebut, Kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan kata filsafat yakni pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Artinya terdapat kesamaan makna antara “philosophia", “filsafat" dan “falsafat". Kesamaan makna ini yang menginspirasi sebagian kalangan menyebut “filsafat" dengan “hikmah", terminologi “hikmah" sebagai kebijaksanaan dianggap sepadan dengan kata “philosophia”.
B. Zaman Filsafat Pertama (di Wilayah Timur)
Istilah filsafat dikhususkan bagi sistem berpikir ahli pikir Muslim yang bertitik tolak dan bersandarkan filsafat Hellenis. Filsafat ini berkembang antara 850–1037 di daerah timur dari khalifah Abbasiyah dan berhaluan neoplatonis bercampur dengan mazhab peripatetis.
1. Al-Kindi (800 - 870)
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Ya’qub b. Ishaq Al-Kindi Failasuf al-Arab, dilahirkan dari keluarga Arab aristokrat suku Al-Kinda di Kufah (Irak) pada tahun 800. Ayahnya bernama Ishaq ibn Al Sabbab gubernur al-Kufah. Ketika ia masih kecil belajar menulis Arab dan menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an. Ia juga menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
Pada Abad Pertengahan beberapa kota di Irak (al-Kufah, al- Basra, Baghdad) telah menjadi pusat kebudayaan Islam. Kota al-Kufah memiliki kekhasan untuk mengkaji ilmu-ilmu rasional seperti dasar aritmatika, kajian al-quran, sastra, tata bahasa Arab, dan fiqih. Namun Al-Kindi lebih tertarik pada filsafat dan sains, maka ia pergi ke kota Baghdad untuk mempelajarinya. Al-Kindi juga banyak menerjemahkan karya filsuf Yunani ke dalam bahasa Arab di kota Baghdad. Diantaranya adalah karya dari mazhab Aristotelian dan Neoplatonisme, yang nantinya akan mem- pengaruhi filsafatnya. Dapat dikatakan ia adalah orang Arab pertama yang telah menjembatani antara filsafat Yunani dengan filsafat islam. Selain filsafat, Al-Kindi juga menulis tentang tema lain yang dapat digolongkan sebagai berikut : logika, aritmatika, metafisika, musik, geometri, astronomi, medis, teologi, politik, kimia dan meteorologi. Ibnu Nadim mencatat bahwa karya Al-Kindi mencapai sebanyak dua ratus empat puluh (240) judul buku. Karya utama Al-Kindi adalah Kitab al-Falsafah al-Ula (Buku Filsafat Pertama).
2. Al-Razi (864-925)
Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-Razi, ia dilahirkan dari keluarga pedagang pada tahun 864 di Rayy, di sebuah kota tua dekat Teheran, Iran. Al-Razi memiliki bermacam pengalaman bekerja sebelum meminati ilmu kedokteran dan filsafat. Ia pernah bekerja sebagai tukang intan, penukar uang, dan pemain kecapi. Kemudian ia mempelajari ilmu kimia, namun ditinggalkannya setelah ia menderita penyakit mata akibat dari bahan-bahan kimia.
Al-Razi dikenal sebagai seorang dokter yang dermawan karena ia sering memberikan pengobatan gratis kepada orang-orang yang miskin. Ia pernah menjabat sebagai kepala rumah sakit Rayy pada masa Gubernur AL-Mansur Ibnu Ishaq dan rumah sakit di Baghdad pada masa pemeritahan khalifah A-Muktafi. Ia juga mempelajari filsafat dari Al-Balkhi. Buku kedokteran yang monumental adalah Al-Hawi, sebuah ensiklopedi kedokteran (al-Jami’: ikthisar ilmu kedokteran) dengan ketebalan dua puluh jilid yang berisi informasi kedokteran Yunani, Syria, Arab dan laporan penelitian pribadi. Buku-buku tentang filsafat yang dia tulis antara lain al-Sirah al-Falsafa, dan al- Rasā’il Falsafiyyat.
3. Al-Farabi (870-950)
Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Nashr Muhammad Ibnu Auzalagh, ia dilahirkan dari ayah, seorang jenderal berkebangsaan Persia dan ibu berkebangsaan Turki di Wasij, distrik Farab, Turkistan pada tahun 870. Ia menjalani pendidikan dasar dengan mempelajari dasar-dasar ilmu agama (Al-Quran, hadis, tafsir, dan fikih) dan bahasa (Arab, Persia, dan Turki). Al-Farabi sangat memahami filsafat Aristoteles. Ia dijuluki sebagai Guru Kedua setelah Aristoteles sebagai Guru Pertama. Julukan tersebut memiliki alasan yang mendasar. Ia adalah penafsir yang baik dari logika Aristoteles. Pada waktu ia pergi ke Damaskus, ia berkenalan dengan Saif al-Daulah al-Hamadani, Sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Sistem filsafatnya merupakan sintesis dari Platonisme, Aristotelianisme, dan Sufisme.
Karya-karya Al-Farabi yang terkenal yaitu Al-Jam’u bayna Ra’yi al-Hakimayni Aflatun al-Ilahi wa Aristu (pertemuan pendapat kedua filsuf Plato dan Aristoteles); Ara’u Ahl al-Madinah al-Fadhilah (Pikiran- pikiran asasi dari penduduk Kota Utama = Negeri Utama/sempurna); Tahsil al-Sa’adah (Mencari kebahagiaan).
4. Ibnu Sina (980-1037)
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abi Ali al-Husayn bin Abu allah bin Hasan bin Ali bin Sina, ia lahir dari keluarga keturunan Iran-Turki berhaluan Syiah di Afshana dekat Bukhara, Persia pada tahun 980. Namanya disebut Aven Sina dalam bahasa Ibrani, yang kemudian di dunia Barat dikenal dengan Avicenna. Ia lahir dalam masa kekacauan, pada waktu khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran. Kota Baghdad sendiri yang menjadi pusat kekhalifahan Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Banu Buwaih pada tahun 944 dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 1057.
Ibnu Sina sudah mahir dalam kedokteran sebelum berusia 16 tahun dan tak pernah bosan mempelajari filsafat. Ia berhasil menyembuhkan Khalif Nuh bin Mansur dari Bukhara yang sakit keras pada usianya 17 tahun. Ia dipercaya oleh kalangan istana dan rakyat. Pada waktu ia berusia 22 tahun ayahnya meninggal dunia lalu ia meninggalkan Bukhara untuk pergi ke Jurjan dan dari sini ia pergi ke Khawarazn. Namun karena kekacauan politik ia tidak lama menetap disana, dan akhirnya ia berpindah-pindah sampai di Hamadhan. Syamsuddawlah, penguasa negeri Hamadhan, mengangkatnya menjadi menteri beberapa kali. Selanjutnya ia berpindah ke Isfahan. Akhirnya ia kembali ke Hamdhan lagi dan meninggal dunia pada tahun 1037 dalam usia 58 tahun.
Karya ilmiahnya meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti fisika, matematika, logika, metafisika, kedokteran dan lain lain. Keseluruhannya berjumlah 267 buku yang ditulis dalam Arab dan Iran serta telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Dua karyanya di bidang filsafat yang terkenal sebagai berikut: Kitab al-Shifa’ (penyembuhan) diterbitkan pada tahun 1495, dan Mantiq al-Mashriqiyyin (Logika Timur) diterbitkan di Cairo pada tahun 1910.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H