Dampak buruk dari kelompok-kolompok ini adalah lahirnya pemaknaan yang keliru terhadap solidaritas, menutup diri terhadap kelebihan orang lain, dan sikap partisipan yang lebih mendominasi.
Seringkali solidaritas dimaknai dengan sama rasa, sependeritaan. Memilih resiko terburuk dari bahaya yang diciptakan sendiri. Solidaritas sejatinya adalah sifat, perasaan setia yang berwujud kepedulian terhadap kawan yang sedang terpuruk. Dengan tujuan menumbuhkan semangat untuk kembali bangkit. Bukan mengorbankan diri untuk turut merasakan pahitnya sanksi dari kesalahan orang lain.
Selain menutup diri terhadap kelebihan orang lain, kecenderungan berkelompok-kelompok juga akan melumpuhkan akal dari setiap individu yang hidup dalam kelompok tersebut untuk bergerak maju. Sikap ini lazim disebut sebagai sikap partisipan. Pandangan yang tumbuh di bawah kendali kelompok, dimana semua anggota harus patuh dan tunduk pada sesuatu yang lebih sering keliru.
Bangunlah dari lelap kelompok-kelompok yang meninabobokkan, yang melemahkan, memadamkan semangat. Sebab sebenar-benarnyalah mereka yang bangga dengan gengnya adalah mereka yang berpeluang menjadi penderita krisis kepercayaan diri dan menjadi pemurung dalam hidup.
(Sorowako, Luwu Timur, Maret 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H