Mendung menutupi lukaygdingin. Hari baru saja hujan. Rintiknya belum hilang,sertamembekaspadajalanan aspaljuarumputan ulang. Baru saja hujanakbarmelintasi seluruh rupanya.Â
Kupacu kuda besi menyisir jalananygtergenang.bernyanyijejak hujansertakenangan.dalammengingat hari-hariygpenuh rindu, cintatetapisekaliguspulapenyesalan tentang kekasihygsaling meninggalkan.Â
Kenanganpadajejak kebencianyang melekat padatemaram malamsertakebisuan. Kebencianyangentah kapan tercipta,selesainyacintatidakberbatasdatang-tibamenghilang atau bahkanhancursebaliknya. Ah,tidakpernah membayangkan sebelumnya.tidakpernah terkiradanterpikirkan,duasejoli itu saling meninggalkan jejak bisu.Â
Semuserta juajemudalamiringan awan kelabuygmenyisirperjalanan yg tidaktentu saja arah. Kegalauan, keresahan, kegelisahan, kegelisahandanserba ketidakjelasan.akutermangu mendengar kisah2orang itu. Sepasang kekasihygkutemukandibawah rindang pohon,waktuhujan derastiba.Â
pada laman rumah yangkosong, kala kami bertiga berteduhselesainyadihantam badaipadatengahperjalanan.limatahunkemudian.aku tidakingin menceritakan keduanya, sebenarnya.Â
akan tetapikisah tragis mereka, membuatku menuliskan catatan, kalimat demi kalimatdi bukubuku harian ku sendiri.bukubuku harianygberdebu dibiarkan sajabernyanyi ketika.di padapengapdangelapnya lemari kayuyg telahberumur sewindu.Â
2mengungkapkan, kekasih2sejoliyang pula 2 sahabatsepermainandalam perjalanan yg tidakpernah kami kira akan berliku.semuaawalnya biasa-biasa saja.Â
sayamempertemukan merekapadabawah hujan sakit.dalamiringan gerimisdangemericik hujan. Keduanya saling jatuh cinta kala itu.lalumembiarkanakusendiripadaderai tawa riang mereka bermandi hujan.akusendiri melihat mereka,menggunakantermangu.Â
"Berbahagialah kalian sahabatku, kalianSepertinyaberjodoh, meski sempat terjedawaktu yg tidakmemungkinkanbuatkalian saling mengenal" kataku sore itukepada 2kekasihygsahabatku itu.Â
"Terima kasih ya bro" jawab sahabatku singkat. Lelakiygkukenalsebagaisahabatkusemenjak kecilitu. Â
Makasih ya mas, doakan kami berjodohhinggapelaminan"istilahsahabatku,seorang wanita ygkukenalsejakkamimenjadipelajarpadakampusygsama.Â
Penyesalan. Ya, hanya penyesalanyangtertinggal. Penyesalanyg tidakpernahmamputergantikanbernyanyi wacanaterserah. Entah itu penyesalan mereka berdua. Ataupun penyesalanku sendiri. Penyesalankukarenamempertemukan mereka berdua.Â
Badai angin memisahkan mereka diantara deru rinduyangterus berburu.tetapi tidakpernahhingga. Keduanya hilang digulung debu. Perjumpaanygsia-sia.dan liputanangin ternyatasahih. Perpisahanmisalnyajalan terbaik,sesudahnya pertemuanterakhirygmengenaskan.Â
residuhujan akhir Desember turun hujan awal januariyangbisu.ketikabadaisebagaihujanyangmenghiasi pelangi sesudahnya.Â
Sepasang kekasihyangdipertemukanolehhujan.tetapiakhirnya dipisahkanjuga olehhujan. Dibawah rintik hujan Januari, keduanya saling berjanjidansalingpergi.Â
"aku telah membentukruang luka,yg tidakpernah terlupa gan"ucapnyaakupadasuatu sakit.teman yg tidakpernah mengenal bahasa luka, itu akhirnyabuatpertama kali kudengarmengatakan iwalluka.Â
"Luka siapa? Lukamu atau lukadia" tanyaku penuh selidik. Â
"Luka kami bro" jawabnya singkat.Â
saya tidakmelanjutkandialog.aku relatif tahu, bahasadia tentangluka merekaadalah sempurnaadanya.beliau tidakpernah berbohong. Tepatnyadia tidak mampuberbohong.Â
Kenapa luka?" Akhirnya akupuntetapbertanya. Pertanyaanyangsebenarnyatidakingin kusampaikam ditengah lukayangmendera mereka.Â
Sahabatku, lelakiygkukenalsejakkanak-kanak itu hanya melihatku termangu.tidakingin menjawabserta tidakinginberkata-istilah.Â
diahanyamemberikan kitab kecil. Sebuah buku hariandari wanita yang telahmenemaninya selama hampirlimatahun itu.seorang perempuan yg sayakenal baik selama kuliah dulu.perempuan ygkuperkenalkansertaakhirnya mereka saling jatuh cinta. Kupikir. Ya, berpikir.
sayamembacanya.serta misalnya tidakpercaya.aku mirip tidakpercaya bahwawanitasahabatku masa kuliah itu menuliskan namakupadadiarinya.semua tentang aku.Â
sayamembacahalamandemihalaman kitab diari itu.dan sayahanyamampukira-kira. Berdiri mematungmenggunakanmunculyangkosong ke sudut ruangyangkosongpula.Â
"beliausangat menyayangkan kawan,semenjakawalta'aruf dibangku kuliah dulu,serta hingga dtkini"istilahsahabatku itumenggunakan bunyi ygbergetar.Â
sayatercekatÂ
SALAM HANGAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H