Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malu Sekali

15 Maret 2023   14:08 Diperbarui: 15 Maret 2023   14:10 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mir, ayo ngaji, ente gak pernah ngaji, penting buat nambah ilmu agama, kan?" demikian kata Mamat pada Amir temannya.

"Gue tuh mau ngaji Mat, tapi waktu gue selalu tabrakan dengan kerjaan gue. Kalau waktunya pas gue in sya Allah berangkat," tegas Amir.

Mamat sedikit agak sinis mendengarkan alasan dari Amir. "Mir, semua alasan tuh bener tapi kita niat apa nggak, itu intinya. Tapi ya udah deh kalau elu punya alasan gitu," jawab Mamat.

Pesen gue,"Jangan kerja-kerja mulu, entar jadi horang kayah loh hehehehehe."

"Aamiin semoga gue bisa jadi horang kayah......hehehehe," timpal Amir.

Mamat memang tergolong rajin menghadiri pengajian-pengajian. Pengajian di kampungnya banyak yang dia hadiri, apalagi kalau pembicaranya sudah dikenal  dimana pun akan     dia datangi.

Mamat seorang pedagang kelontong yang punya toko di pasar. Dia punya dua anak buah untuk membantunya.

Sementara Amir adalah seorang loper koran yang harus berjibaku setiap hari sejak jam 3 pagi. Kegiatannya sebelum berangkat dia biasa bertahajud 2 rakaat lalu menuju agen besarnya untuk mempersiapkan koran yang akan dibawanya. Rute yang harus dia siapkan cukup panjang karena dia harus mengantar 100 eksemplar koran ke pelangganya di Tambun dan sekitarnya.

Setelah semuanya siap di kendaraannya dia makan bekal yang dibawanya. Dan tepat adzan subuh berkumandang, dia bergegas mempersiapkan diri untuk sholat subuh berjamaah bersama teman-temannya. Sholatnya pun dilakukan di emper toko karena jauh dari masjid. Beruntung bahwa agen besarnya mempersiapkan tikar dan air dalam jerigen untuk wudhu.

Selesai sholat subuh berjamaah mulailah dia mempersiapkan diri untuk melakukan rangkaian tugasnya mengantarkan koran ke pelanggannya. Dia tidak lupa mempersiapkan diri dengan baik. "Save Riding", stiker yang ia tempel di atas sepeda motornya.

Sengaja dia menempelkan stiker itu untuk menjadi pengingat dirinya agar selalu disiplin dengan sikap "save riding". Helm, sarung tangan, jaket dan sepatu adalah peralatan wajib selain harus patuh dan disiplin pada peraturan lalu lintas. Dia sangat menyadari bila terjadi apa-apa saat menjalankan tugas misal kecelakaan karena ceroboh maka dia sendiri yang  akan rugi. Tak lupa juga dia memasang headset untuk mendengarkan pengajian pagi dari radio-radio yang menyiarkannya.

"Bismillahi tawakaltu 'alallah laa haula wa laa kuwata illa billah," otomatis diucapkan Amir saat meninggalkan agen.

Setelah selesai dari tugas tugasnya sebagai loper koran, Amir bekerja sebagai penjaga toko di kawasan Bekasi kota.

Perbedaan antara Amir dan Mamat memang nampak nyata. Yang satu sebagai bos sedangkan yang satunya sebagai karyawan. Namun pertemanannya meski akrab tapi masing-masing tidak tahu apa pekerjaannya masing-masing secara dalam.

==

Suatu hari Mamat baru saja dari Tambun Timur yang karena urusannya agak kritis dia harus pulang hingga menjelang dini hari. Karena lelah yang sangat dia pun terpaksa menghentikan mobilnya di ruko tempat agen koran Amir beroperasi.

Sayup-sayup di tengah tidurnya Mamat mendengar ada suara banyak orang. Dia pun terbangun. Setelah kucek-kucek mata sebentar, dia memperhatikan orang-orang yang sedang sibuk itu. Tiba-tiba dia melihat sosok yang dia paham betul : Amir!

"Ngapain Amir disini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tiba-tiba adzan subuh berbunyi, tapi rasa penasarannya belum hilang, Mamat pun masih mengamati Amir. Dia pun menyaksikan bagaimana reaksi Amir saat mendengar adzan berbunyi. Dia melihat dengan seksama bagaimana Amir mengambil wudhu lalu sholat berjamaah bersama dua temannya yang lain.

"Masya Allah, aku tahu dia sebagai karyawan toko bukan loper koran dan ternyata sholatnya tetap terjaga."

Setelah tahu apa yang dilakukan Amir, Mamat merasa malu karena telah menghakimi Amir sebagai orang yang malas ngaji. Dia pun pergi dari tempat itu dengan fikiran dan perasaan yang campur aduk.

Mamat malu karena dia menjadi pemilik toko bisa  bebas mau ngaji dimana saja karena ada toko yang bisa beroperasi meskipun dia tinggal. Tapi Amir yang sudah harus keluar rumah dari dini hari  sebagai loper koran lalu bekerja sebagai karyawan toko. Mamat juga malu karena pernah secara pribadi pernah menghakimi Amir tak pernah sholat subuh berjamaah di masjid di kampungnya. Padahal Amir berjamaah di emper toko bersama kawan-kawannya.

Mamat pun menyadari bahwa dia pernah merasa paling banyak ilmu karena sering ngaji.

"Astaghfirullah hal adzim," berulang kali Mamat mengucapkan istighfar sepanjang perjalanan pulangnya. Dia merasa sangat malu dengan yang telah dilakukannya.

==

Gonilan 15 Maret 2023

Fadjar Setyanto

  • Ikatlah ilmu dengan menulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun