"Nis, aku malam ini boleh nginep di apartemen kamu?", tanya Zahra pada sahabatnya, Nisa.
"Silakan, Zah, ada kamar kosong, bisa kamu pakai," jawab Nisa.
"Terlalu bahaya juga buat kamu kalau pulang ke kos, apalagi tempat kos kamu jauh."
==
Kedua sahabat ini baru saja mengikuti rapat dengan tim lain di kantornya. Mereka sedang mempersiapkan rapat dengan tim Tokyo besok pagi.
"Besok pagi jam 7 kan kita juga harus sudah rapat di kantor dengan tim Abu Dhabi," sambung Nisa, "Jadi kita gak boleh telat, kalau kamu pulang, resiko kamu terlambat sangat besar, apalagi ini Jakarta, kalau nggak macet selain lebaran, pasti ada yang aneh."
"He he, iya betul, disana sih udah jam 9 pagi, disini masih jam 7 pagi, Ooooooo Emmmmmm Jiiiiiiii," sahut Zahra.
"He he he he," keduanya tertawa.
Akhirnya kedua perempuan ini pun pulang menuju ke apartemen Nisa yang hanya berjarak 2 km dari kantor mereka. Sayup-sayup Zahra mendengar sahabatnya mengucapkan "bismillah" saat masuk ke dalam taksi. Begitu juga saat Zahra meletakan kepalanya di senderan jok mobil, terdengar sayup-sayup ucapan "alhamdulillah" dari mulut sahabatnya. Perjalanan malam itu begitu lancar, karena memang sudah sepi.
Kondisi perkantoran tempat mereka bekerja meskipun sudah tengah malam masih terlihat ramai. Â Beberapa orang lalu lalang, minum kopi di kafe-kafe yang ada, bahkan menunggu taksi. Lokasi itu memang lokasi yang tidak pernah tidur. Apalagi banyak para pialang saham yang bertransaksi dengan NASDAQ yang terletak di Amerika. Perbedaan waktu 12 jam dari waktu Jakarta membuat mereka harus berada di kantor pada malam hari. Kalau mereka juga bertransaksi dengan BEI, bisa dipastikan mereka hanya punya waktu tidur yang sedikit sekali.
Setelah 10 menit perjalanan dengan taksi, akhirnya mereka sampai di apartemen Nisa. Sekali lagi Zahra mendengar Nisa mengucapkan "alhamdulillah" pada saat taksi sampai di apartemen.