“Apa kabar, Fir? Tks ya sudah mau menemui aku waktu itu”, tulis Anto di sms dua hari sejak pertemuan yang lalu.
“Baik To, kamu? Baik-baik juga ya?”, balas Fira.
“Ya, Alhamdulillah, selamat kerja ya, take care”, balas Anto.
Beberapa hari setelah pertemuan pertamanya dengan Fira, Anto mulai sering mengirim pesan singkat melalui sms. Sekedar mengucapkan “halo”. “sedang apa”, kadang agak nakal,”miss you”, “kangen” dan sejenisnya. Bisa dipastikan sekurangnya seminggu dua kali mereka berkomunikasi via sms. Anto merasa senang sekali karena komunikasinya dengan Fira berlangsung dengan baik.
Suatu pagi di dini hari, tiba-tiba ada sms masuk. Anto setengah sadar dari tidurnya, melihat ke arah jam dinding. Jam menunjukkan jam 4.30 pagi. “Siapa sih yang pagi-pagi begini kirim sms?”. Dengan malas dia ambil handphonenya. Dia lihat, ternyata tertulis Fira Dear. Adrenalin Anto langsung terpacu. Rasa kantuknya hilang seketika. Di klik sms itu dan muncullah tulisan,“To, coba kamu seperti ini waktu di SMP”.
Anto setengah tidah percaya atas sms yang diterimanya tersebut. Fira menulis sms pagi-pagi? Bunyinya seperti itu? Apa iya Fira menulis pesan sms seperti itu? Dengan kepala yang dijejali pertanyaan kebingungan Anto mambalas sms itu, “Maaf Fir, maksud kamu gimana?”.
Tak berapa lama muncullah jawaban “Ah lupain aja deh, sorry mengganggu, aku mau siap-siap dulu ya”, jawab Fira di seberang sana.
Suatu jawaban yang menyisakan penasaran bagi Anto. Kenapa sih Fira tanya begitu.
Sementara di seberang sana, Fira sedang bersiap-siap ke kantor. Dia sudah selesai mandi dan merapikan tubuhnya. Hari ini dia akan sangat sibuk. Meeting dengan direksi jam 10, lalu mengunjungi gudang vendor memastikan kondisi dan keberadaan barang, lalu sore hari bertemu satu vendor dari Jepang. Setelah selesai dengan sarapannya dia mengambil tasnya, langsung menuju garasi. Dia hidupkan mobilnya lalu dia melaju dengan mobil sedan favoritnya.
Sementara Anto masih dipenuhi dengan rasa penasaran, dia pun menulis kembali.”Boleh aku telpon nanti siang?”.
Pesan terakhir nampak belum dibuka oleh Fira, dari hp-nya Anto memantau. Anto pun sangat gelisah. Hampir setiap lima menit dia melihat ke arah hp-nya. Tetap belum ada tanda-tanda bahwa Fira membaca sms terakhir darinya. Anto tidak berani menelpon Fira.