Di tengah-tengah kemacetan lalu lintas Jakarta, tim wawancara imajiner mewawancarai dirinya sendiri. Thema yang diambil ialah alasan mengapa dia tetap mengendarai mobilnya di tengah-tengah kemacetan Jakarta.
Pewawancara :
Bapak naik mobil setiap hari? Untuk keperluan apa saja Pak?
Bpk Imajiner :
Ya. Untuk antar anak dan istri, serta untuk kerja.
Pewawancara :
Maaf boleh tahu profesi Bapak?
Bpk Imajiner :
Saya seorang pengajar Bahasa Inggris. Saya sering mengajar di kantor-kantor atau privat.
Pewawancara :
Seberapa sering Bapak menemui macet di jalan?
Bpk imajiner :
Hampir setiap saat. Saya bahkan sering bingung harus melewati jalan mana saat harus mengajar karena macetnya jalan yang dilalui.
Pewawancara ;
Termasuk jalan tol?
Bpk Imajiner :
Ya. Jalan tol yang seharusnya bebas macet nyatanya menjadi sumber yang minta ampun sekali deh macetnya.
Pewawancara :
Pernah Bapak naik bis umum ke tempat privat Bapak?
Bpk Imajiner ;
Pernah. Saya pernah naik busway. Luar biasa padat dan waktu yang diperlukan lebih panjang daripada saya naik kendaraan pribadi meskipun cuma berbeda 15 menit. Saya pun pernah mendapati seorang penumpang yang kecopetan.
Saya juga pernah naik metromini dan PPD, sepanjang jalan paling sedikit 1 kali saya bertemu orang yang mengaku baru keluar dari penjara, mereka biasanya berdua dan mengatakan :"Daripada membunuh orang maka lebih baik minta sumbangan dari penumpang bis." Lalu orang itu berjalan di lorong bis meminta uang pada para penumpang.
Pewawancara :
Bagaimana dengan biaya Pak?
Bpk Imajiner :
Memang naik bis umum lebih murah dibandingkan kendaraan pribadi, namun......
Pewawancara :
Namun, apa Pak?
Bpk Imajiner :
Namun dibandingkan naik bis umum meskipun lebih murah daripada mobil pribadi tapi kenyamanan dan keamanan pribadi sangat tidak terjaga. Bukannya saya sombong atau apa, tapi memang karena tuntutan situasi memaksa saya memakai mobil pribadi. Saya rasa banyak yang seperti saya di Jakarta ini. Rumah jauh, tuntutan pekerjaan, ketidakamanan di jalan, kacaunya perilaku bis umum dan angkutan umum, inilah hal yang memaksa orang seperti saya membawa mobil pribadi kemana-mana. Saya bukan orang kaya tapi saat bekerja kadangkala saya harus membawa laptop, speaker, dan buku-buku tebal. Kalau saya membawa barang-barang itu dengan menggunakan bis umum terbayang kan betapa repotnya? Coba seandainya Pemerintah kota ini bisa memberikan pelayanan yang baik dalam bidang transportasi umum, minimal kenyamanan dan keamanan di bis, pasti saya mau naik bis umum. Saya rasa banyak lagi yang juga bersedia memakai kendaraan umum kalau hal-hal tersebut di atas dipenuhi oleh pemerintah kota.
Ya semoga gubernur yang akan datang bisa mengatasi masalah ini dengan baik, supaya kita semua tidak tua di jalan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H