Mohon tunggu...
Fadiyah Munifah
Fadiyah Munifah Mohon Tunggu... Freelancer - Hobi naik gunung dan work from cafe yang sesekali jiwa content creator nya muncul. Sedang dalam perjalanan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Certified Social Worker | Community Development Officer | Social Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kepedulian Sosial di Tengah Bulan Ramadan dan Pandemi Covid-19

12 Mei 2020   06:53 Diperbarui: 12 Mei 2020   06:50 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Untuk memutus penyebaran Covid-19, larangan mudik diharapkan dapat menjadi salah satu solusinya. Tidak peduli ia kalangan atas atau bawah, berapa pendapatannya, atau jabatan apa yang dimiliki, selagi bukan gugus depan dalam menangani Covid-19 dan sektor-sektor yang diperbolehkan, maka ia harus taat dengan PSBB dan larangan mudik yang diberlakukan pemerintah.

Ketika PSBB dilakukan dengan serentak dan dilakukan dengan kompak dalam artian masyarakat dapat dengan tertib melakukannya maka PSBB ini akan berhasil. 

Walaupun dalam implementasinya PSBB ini turut berdampak pada ekonomi masyarakat khusunya masyarakat menengah ke bawah.  Selepas pandemi ini atau bahkan mulai saat ini pemerintah harus mulai memikirkan solusi. 

Seperti apa yang disebutkan oleh beberapa tokoh seperti Presiden Ghana bahwa dalam membangkitkan kembali ekonomi akan ada jalan untuk melakukannya, tapi untuk membangkitkan kembali orang yang mati tak ada yang mengetahui caranya. 

Begitupun apa yang disampaikan oleh Sandiaga Uno bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin bisa kita negosiasikan nanti, tapi nyawa dan kehidupan rakyat tidak ada ruang untuk perdebatan. 

Apa yang disampaikan oleh Presiden Ghana dan seorang pengusaha tersebut memiliki korelasi, yakni keamanan dan keselamatan rakyat adalah yang utama. 

Terdapat nilai optimis yang terkandung dalam ucapan keduanya, yang memperlihatkan bahwa pandemi ini dapat kita lewati jika terdapat konsensus bersama. Indonesia adalah negara yang memiliki nilai kebersamaan yang tinggi. 

Hal ini tercermin dengan semangat gotong royong dalam masyarakatnya. Maka saat inilah, semangat gotong royong tersebut harus dikencangkan di setiap lini kehidupan.

Bulan Ramadhan memang diperkirakan sebagai puncak dari dampak Covid 19 ini. Baik dari segi sosial maupun ekonomi, memang pada bulan Ramadhan ini, kegiatan jual beli meningkat hal ini karena peningkatan dalam konsumsi masyarakat yang menyebabkan peredaran barang di pasar juga bertambah. Maka tak salah jika muncul banyak kekhawatiran dampak Covid 19 yang dirasakan di bulan Ramadhan ini.

Kini pasar-pasar nampak sepi, pedagang di pinggir jalan tak lagi dapat berjualan seperti hari-hari biasanya. Tertahan oleh kebijakan, terpaksa untuk "di rumahkan". 

Namun, kehidupan tetap harus berjalan dan kebutuhan sehari-hari tetap harus terpenuhi. Ini menjadi persoalan yang cukup serius. Dimana, dampak Covid 19 terhadap ekonomi maupun sosial tengah dirasakan. Selain banyak penurunan di sektor ekonomi, nampaknya kini telah muncul kemiskinan baru yang menjadi masalah sosial. 

Banyak orang terpaksa menganggur atau memang dipaksa PHK. Tak punya uang untuk memenuhi kebutuhan, tak cukup hanya berpegang pada pemberian bantuan karena kebutuhan manusia tidak terbatas. Setelah satu kebutuhan terpenuhi, maka muncul tuntutan memenuhi kebutuhan yang lainnya.

Seperti hal nya di Jawa Barat tercatat sebanyak 14.029 orang dari 401 perusahaan menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. 

Angka tersebut merupakan jumlah pekerja yang di PHK per 5 Mei 2020,  menurut data dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar, Mochamad Ade Afriandi. 

Dengan memerhatikan jumlah pekerja/buruh yang di PHK pada bulan April yang mencapai 12.661 orang dari 375 perusahaan, maka dapat dilihat peningkatan jumlah pekerja yang di PHK bertambah sebanyak 1.368 orang hanya dalam 10 hari saja. 

Provinsi dengan pekerja/buruh terbanyak yang mengalami PHK  pada peringkat pertama ditempati oleh Jawa Timur, disusul Jawa Tengah, Dki Jakarta, dan Jawa Barat.

Mungkin bagi sebagian pelaku usaha, penjualan tetap dapat dilakukan secara online. Namun, lain halnya bagi para pedagang kaki lima, pekerja serabutan dan sektor informal lainnya yang tak punya pilihan lain selain menunggu kepedulian pemerintah dan masyarakat di sekitarnya.

Faktanya, bantuan sosial yang disebarkan masih banyak yang tidak tepat sasaran, disaat mereka yang benar-benar membutuhkan menjerit, sebaliknya banyak pihak nakal yang melejit. 

Penyelewengan seperti ini harus segera diberhentikan jika tidak ingin berita duka tentang satu keluarga meninggal akibat kelaparan karena hanya minum air putih saja terulang kembali. Hasil penyelidikan mengungkap bahwa mereka malu untuk meminta kepada tetangganya.

Jadi bagaimanapun, pembatasan sosial berskala besar atau PSBB ini tidak hanya soal diam di rumah, tapi setiap orang harus memiliki solidaritas yang besar pada sesamanya.

Justru, alangkah baiknya bila di bulan Ramadhan ini ibadah sosial semakin ditingkatkan disamping ibadah ritual.

Menurut laporan World Giving Index 2018 oleh Charities Aid Foundation menyebutkan bahwa penduduk Indonesia memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam hal memberikan bantuan seperti donasi uang atau kegiatan kerelawanan.

Beruntungnya kita hidup di sebuah negara yang menjunjung tinggi gotong royong, dapat kita lihat dimana-dimana orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan donasi, memberikan bantuan atau menjadi relawan. 

Memang sudah seharusnya seperti itu,  fastabiqul khoirot berlomba-lomba dalam kebaikan. Atas nama kemanusiaan, tekad dan keinginan bersama untuk memulihkan negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun