"Apakah kamu anjing?"Â
Laki-laki berwajah pas-padan yang duduk di samping saya mengernyit heran. Biar saya tebak, dia pasti mengira saya perempuan gila.
"Sepertinya kamu anjing!"
Dia diam saja. Mungkin dia pura-pura tak mendengar. Padahal tinggal jawab saja, "Ya, saya anjing!" dan saya akan mencintainya. Sayangnya, saya tidak suka anjing bisu tuli seperti dia.
"Heh! Anjing itu punya kuping, dia nggak budek! Anjing macam apa, lo? Dasar anjing!" Saya mengumpat seraya beringsut dari kursi. Lupakan soal siapa yang anjing!
*
Perempuan sialan! Semuanya tidak ada yang beres. Si cantik yang setiap tingkahnya dimanis-manisin bisanya cuma meninggalkan jejak pahit. Ketemu perempuan super weirdo di taman tadi, sama saja. Ia memang tidak sok manis, tapi kata-katanya lebih pahit.
Anji. Nama saya Anji, bukan anjing!
Ajing 'kan?! Cuma gara-gara memikirkan perempuan, saya jadi tidak bisa tidur. Ah, sial! Persediaan pil anjing pun tidak ada. Hei, tunggu! Perempuan tadi benar. Ternyata saya anjing. Buktinya saya rutin menelan pil anjing.
***
 11 September 2018/03:00