Mohon tunggu...
Fadilla Rahmaputri
Fadilla Rahmaputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswi arsitektur di Universitas Pembangunan Jaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menjadi Seorang yang Pendiam itu Tidak Selalu Menjadi Emas

20 Desember 2023   11:50 Diperbarui: 20 Desember 2023   12:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kamu tahu ada pepatah yang mengatakan "diam itu emas"? Diam ini diartikan sebagai manusia yang memilih tidak berbicara untuk menjaga sesuatu yang diketahuinya, bahkan tentang hal tidak baik sekalipun. Tetapi pernahkah kamu merasakan nyaman saat tidak terlalu banyak berinteraksi dengan banyak manusia? Yang membuat kamu merasa nyaman dengan keheningan dan membuat kamu untuk memilih menyendiri. Seiring waktu kamu merasa jika berinteraksi dengan orang lain terasa melelahkan dan rumit jika terjadi kesalahpahaman.

Saya pun pernah merasakan hal yang serupa. Saat menginjak remaja saya merasa lelah jika harus berinteraksi dengan orang-orang baru. Yang di awali karena ada saja komentar-komentar ataupun pembahasan dari orang lain itu tidak mengenakan untuk didengar. Dari kejadian kecil tersebut cukup berpengaruh dengan sosial saya karena menjadi lebih pemilih untuk berbicara dengan orang baru. Hal seperti ini juga saya sering temui di lingkungan pertemanan saya, teman saya pun merasakan hal yang sama saat Ia menginjak masa remajanya.

Kendala seperti ini bisa disebut dengan emptiness ketika seseorang mengalami kehampaan, ia akan terjerumus ke dalam konflik batin yang sering kali mengakibatkan perilaku pelarian dari kondisi yang dialami. Perasaan hampa ini sering kali berkaitan dengan kondisi keputusasaan, depresi, dan kesepian (Hunt MG ,2018).  Seperti yang dikatakan hal ini bisa menjadi hal yang serius jika sudah cukup parah. Dengan rasa nyaman untuk diam menjadi menghindar dari lingkungan dan mulai kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, membuat seseorang itu menjadi kesepian. Kesepian yang dialami menghambat kehidupan seperti biasanya karena saat merasa kesulitan akan memilih untuk memendam sendiri dibandingkan untuk berbicara kepada orang sekitar yang alhasil seseorang tersebut memiliki gangguan mental.

Keadaan seperti ini memiliki banyak penyebab yang membuat anak muda menjadi pendiam. Alasan yang paling simpel adalah bosan dengan lingkungan sekitarnya, lalu sedang memiliki masalah dengan keluarganya, bahkan dengan pasangannya, menjadi korban perundungan, cara pola asuh yang salah dari orang tua dan bisa banyak lagi. Dari masalah yang dialami membuat anak menjadi enggan untuk berinteraksi dan nyaman dengan diamnya. Akhirnya masalah tersebut menghalangi untuk terus menjalani kehidupan sosialnya.

Apa memang benar memilih untuk diam itu selalu menjadi hal yang benar dan wajar di kehidupan kita? Lalu bagaimana cara mereka bisa meluapkan emosi ataupun perasaan yang mereka alami? Dalam permasalahan seperti ini bagi yang merasakan tidak perlu khawatir, untuk merasa kesepian atau nyaman dengan kehampaan itu memang bisa saja terjadi. Karena saat remaja terjadinya perubahan emosi yang cukup drastis, banyak hal yang memengaruhi perubahan emosi tersebut. Saat kita menyadari hal yang terlihat tidak normal untuk diri kita sendiri mungkin itu saatnya kita untuk lebih memperhatikan mental kita. Memang sulit untuk bisa mengubah pola pikir kita yang sudah terlalu nyaman dengan kondisi yang ada, tetapi sadari jika diri kita butuh pertolongan. Sudah saatnya kita lebih peduli dengan kesehatan mental yang terjadi pada anak muda.

Unsplash.com
Unsplash.com

Pertama hal yang bisa dilakukan adalah journaling, saat kamu mulai merasakan perasaan yang hampa, bosan, atau saat memiliki masalah dan kamu tetap memendamnya itu akan memperburuk keadaan yang membuat kamu selalu berpikir negatif. Kamu bisa menulis dan mencatat apa saja yang sedang dialami. Cara ini bisa kamu lakukan saat belum menemukan waktu atau orang yang tepat untuk menjadi tempat cerita. Dengan begitu, kamu bisa mencurahkan isi hatimu di buku. Perasaanmu akan merasa sedikit lega saat kamu bisa meluapkan perasaan walau hanya dalam tulisan.

Mungkin memang terlihat menyulitkan, setiap ingin mencurahkan sesuatu harus membuka buku dan mengisi kertas dengan penuh coretan. Tetapi perlu kamu tahu ini adalah salah satu awalan yang sangat membantu kita untuk merasa lebih baik. Mulailah dengan menulis tentang kejadian yang ada di hari itu, menulis sesuatu hal yang kamu suka dan tidak suka, bahkan kamu juga bisa menggambar untuk mengalihkan pikiran negatif. Jika kamu tetap memilih mendiamkan masalah yang ada, kamu akan terus merasa sedih dan mulai berpikir kalau tidak ada yang peduli dengan keadaanmu. Jadi, dibanding kamu memaksakan diri untuk diam, lebih baik curahkan isi hatimu dalam lembaran kertas.

Unsplash.com
Unsplash.com

Kedua, mulailah mempertimbangkan untuk memelihara hewan. Cobalah untuk memelihara hewan yang kamu sukai. Karena mungkin saat ini kamu masih belum terbiasa untuk kembali berinteraksi dengan orang lain. Tetapi dengan kehadiran makhluk hidup lain seperti hewan peliharaan akan membuat kamu terhibur dan dapat meningkatkan semangat, bahkan menghilangkan stres. Penelitian dari U.S. National Institutes of Health juga menunjukkan bahwa kepemilikan hewan peliharaan dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik (halododoc.2021). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun