30 menit berlalu, Lord akan tiba setengah detik lagi. Erangan mereka bertambah keras seperti tersayat hidup-hidup, awalnya aku tenang seperti dinding putih yang bisu namun berangsur berubah menjadi rasa kemanusiaan yang melewati batasnya. Aku menjebol dinding putih itu dan menyuruh mereka lari, John menatap mataku dan berdesis "kita rekan!" Aku tersenyum dan berteriak "seperempat lagi Lord tiba, cepat lari! Kita satu! Hidup kemanusiaan!"
Setelah orang bertopi itu menekan tombolnya aku ingat sebuah kalimat dengan sangat jelas, kalimat itu berbunyi "kau jagoan selanjutnya, pilih dendam diskriminasi atau kemanusiaan? Itu terserah padamu."
Lord? Imajinasi macam apa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H