Mohon tunggu...
Seanshine
Seanshine Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hooman

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jagoan

4 April 2019   08:47 Diperbarui: 4 April 2019   08:53 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Blup ... blup ... mulutku tak bisa bersuara karena terhambat alat semacam kop yang mengalirkan sesuatu dari banyak selang putih. Ada yang manis, asin, asam, pahit dan rasa yang tidak jelas. Mau tidak mau aku harus merasakannya, karena semakin lama aku semakin kesulitan bernafas dan harus membuka mulutku lebar-lebar.

Dia mengetuk kapsulku, berputar mengelilingiku lalu menekan sebuah tombol di bagian samping kapsul. Mendadak dunia gelap dan tubuhku mati rasa.

            Aku terbangun di sebuah ruangan putih dengan mengenakan piyama putih, tubuhku terasa ringan namun aku tidak mengingat apapun tentang apa yang terjadi dan mengapa aku bisa sampai di sini.  Hanya satu yang kuingat, aku harus menyelesaikan sebuah misi.

            Seperti sudah diberi petunjuk, aku menjebol dinding putih itu kemudian berlari secepat burung unta menuju tepian sungai Holios. Aku memercikkan air pada wajahku kemudian meminum airnya. Petunjuk kedua telah hadir, aku berlari kembali menuju perbatasan utuk mencari gerombolan anak penjaga tempat  itu untuk kemudian menyerahkannya pada Lord. Sesampainya di perbatasan, aku langsung menemui gerombolan anak itu, mata mereka menyelidik dan aku tidak suka itu. Aku jentikkan jariku "aku sudah mendapatkan mereka, Lord."

"Rahendra!" 

Aku menoleh, "bukan, aku 1001."

"kau Rahendra!" ucap salah seorang dari gerombolan anak itu.

"siapa kau?" tanyaku.

"aku John, sang singa penguasa perbatasan! Kau adalah musuh dari kampung A, pergi atau kuhabisi!" teriaknya.

"manusia bodoh." Aku meringkusnya dengan sedikit istimewa, aku menyeretnya tanpa kuberi jentikkan jari dengan begitu dia akan mengingat segalanya dan merasakan sakit dengan kesadaran penuh.

Aku telah sampai, Lord. Aku mengurung mereka di ruangan putih tanpa fentilasi, mereka kubiarkan tetap pada keadaan tidak sadar sepenuhnya kecuali John. Teriakan mulai terdengar dari balik dinding putih itu, teriakan yang berubah menjadi erangan kesakitan "huh, mungkin kesadaran mereka sudah kembali sepenuhnya " sebentar lagi Lord akan datang untuk memeriksa hasil kerjaku, biarkan aku bersiap untuk mendapatkan pujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun