Mahasiswa KKN-T Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang mengadakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan silase dan fermentasi pakan ternak pada Hari Selasa, 23 Januari 2024. Kegiatan ini diikuti oleh warga Dusun Banduroto dan Dusun Krajan, Desa Sempol, Kec. Pagak Kab. Malang yang mempunyai hewan ternak (sapi dan kambing). Kegiatan ini juga di hadiri oleh Balai Penyuluhan Pertanian(BPP) Kecamatan Pagak, penyuluh Peternakan Kecamatan Pagak. dan di dukung oleh Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Kegiatan penyuluhan ini merupakan salah satu sub program dari program utama KKN-T kelompok 18.
Indonesia, sebagai negara tropis yang melintasi khatulistiwa, dikenal memiliki dua musim utama, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kehadiran dua musim ini menjadi ciri khas iklim di Indonesia dan secara langsung mempengaruhi sektor pertanian, termasuk peternakan. Salah satu pengaruh yang dihadapi oleh peternak selama musim kemarau adalah berkurangnya ketersediaan dan kualitas pakan untuk hewan ternak.
Mahasiswa KKN-T UNIRA malang Kelompok 18 berinisistaif untuk menangani masalah tersebut dengan mengadakan pelatihan dan praktek fermentasi pakan atau silase. Fermentasi pakan atau silase adalah proses pengawetan bahan pakan ternak metode basah dengan cara anaerobik (tanpa udara) dengan bantuan mikroorganisme tertentu.
Ahmad fardan selakun Ketua kelompok 18 KKNT Unira Malang berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menambah pengetahuan dan keterampilan para peternak dalam pembuatan fermentasi pakan atau silase.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan para peternak di desa sempol terkait cara mengatasi kelangkaan pakan di musim kemarau” ucap fardan (Ketua kelompok 18 KKN-T Unira Malang)
Proses fermentasi ini dapat meningkatkan kualitas nutrisi pakan, Memaksimalkan pemanfaatan ketersediaan pakan, dan membuat sumber pakan yang tahan lama, terutama selama musim kemarau atau ketika ketersediaan pakan alami terbatas. Silase pakan bertujuan untuk memperpanjang penyimpanan pakan ternak serta menjaga nutrisi pakan, serta meningkatkan kandungan nutrisi pada pakan yang telah menurun nutrisinya.
Sebelum memulai kegiatan tersebut Kelompok 18 KKNT Unira Malang menyiapkan bahan-bahan nya terlebih dahulu yaitu rumput gajahan, tetes tebu, dan bekatul. Dengan takaran untuk 5 ikat (bentel) rumput gajah dengan 3 liter tetes tebu, untuk bekatul sendiri di gunakan untuk mengurangi kadar air dalam rumput gajahan tersebut.
Kegiatan dimulai dengan pemaparan materi tentang cara pembuatan silase dan fermentasi pakan oleh Ibu Fransiska dan Pak Sugeng Widodo selaku anggota bidang produksi dan pembibitan Dinas Peternakan Kabupaten Malang, kemudian dilanjutkan dengan praktik secara langsung oleh warga dari Desa sempol, serta interaksi tanya jawab.
“Untuk proses jadinya fermentasi pakan ini berapa hari yah pak?, dan tandanya sudah jadi ini bagaimana pak?” tanya Pak Mujiono salah satu peternak Dusun Krajan Desa Sempol.
“Untuk waktu yang dibutuhkan kurang lebih 21 hari. Sedangkan untuk ciri-ciri fermentasi pakan yang sudah jadi dan siap untuk diberikan kepada ternak dapat dilihat dari warna hijauan berubah menjadi kuning kecokelatan, bau atau aroma yang dihasilkan agak harum, hijauan bertekstur lemas atau tidak kaku, dan hijauan tidak berbau busuk serta tidak berjamur yang dikarenakan ada oksigen masuk yang dihasilkan dari kebocoran plastik maupun drum.” jawab Sugeng Widodo, salah satu pemateri.
“Seumpama pakan yang sudah jadi,dan coba di berikan pada ternak tapi tidak mau dimakan sama ternaknya bagaimana mas.?” Tanya Pak Roni salah satu peserta pelatihan.
“Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama, sebelum kita memberikan pakan fermentasi pada ternak, pakan fermentasi sebaiknya diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar 15-20 menit. Hal ini bertujuan agar pakan fermentasi tidak lembab saat dimakan oleh ternak. Kedua, pemberian pakan fermentasi sebaiknya diberikan pada pagi atau sore hari setelah ternak memakan hijauan atau rumput-rumputan,” ujar Pak Sugeng Widodo selaku pemateri.
“Apabila ternak tetap tidak mau memakan pakan fermentasi yang kita buat, maka cara alternatifnya adalah mempuasakan ternak (tidak memberikan pakan hijauan maupun comboran) dari pagi hari hingga siang hari. Kemudian sore harinya baru kita berikan pakan fermentasi hijauan secukupnya saja”.
Warga berharap dengan adanya praktek pembuatan fermentasi pakan atau silase ini bisa menjadi solusi ketika pakan hijauan mengalami kelangkaan pada musim kemarau. Sebab, ketika kemarau tiba masyarakat sangat mengeluhkan pakan hijauan yang susah untuk dicari karena memang kontur wilayah Desa Sempol terdiri dari perbukitan, selain itu warga berharap agar pakan hasil dari fermentasi pakan atau silase ini bisa menambah nutrisi dan kualitas daging hewan ternak agar lebih sehat dan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H