Mohon tunggu...
fadilatullaili PR
fadilatullaili PR Mohon Tunggu... Musisi - penikmat puisi

la takhof wa la tahzan innallaha ma'ana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati yang terguncang

27 Juni 2015   23:22 Diperbarui: 27 Juni 2015   23:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fahri, nama yang cukup sederhana namun bermakna.

Hatiku berdegup kencang saat dia menyapaku, apa makna semua itu?. Suaranya yang begitu merdu mebuatku diam membisu, itulah ciptaan-Mu yang sempurna.

Oh Allah, apakah perbuatan tadi adalah dosa, Jika iya ampuni hamba-Mu yang khilaf ini. Hamba berusaha menjaga hati ini agar tidak terhanyut dalam dunia ini, namun hamba belum tahu cara menghindari semua ini.”

Allah, jika sampai saatnya nanti, berikanlah jodoh yang sholeh, mampu membimbing hamba dan keluarga ke surga-Mu. Amin.”

Sejak kejadian itu Fafa dan Fahri mulai akrab, saling berbagi ilmu, informasi, dan sepertinya  juga bertukar hati. Namun siapa yang bisa menebak hati?, hanya mereka sendiri dan ilahi yang bisa mengerti dan memahami isi hati. Keakraban dan kedekatan mereka  diketahui pula oleh Meidi “ Fafa, akhir-akhir ini aku sering liat kamu bareng kak fahri deh. Kalian pacaran ya?. Fafa, kamu tahu kan aku suka sama kak Fahri , Apa kamu juga suka sama kak Fahri?.” Fafa merasa tersentak dengan semua perkataan Meidi “ apa pacaran? ya tidak lah Meidi, Kamu tahu sendiri kan aku tidak dekat sama siapa-siapa. Aku suka sama kak Fahri?, ya gak lah, tenang aja aku tidak akan ambil yang telah menjadi keinginanmu” dengan tegas Fafa menjawab namun hatinya berteriak “ astaghfirullah, ampuni hamba-Mu ini, Hamba tidak bermaksud membohonginya ya Allah, hamba suka kak Fahri, namun hamba tidak tahu suka sebagai apa?. Hamba tidak ingin menyakiti hati Meidi ya Allah, ampunilah Hamba”. Meidi percaya jawaban Fafa, dan mereka membuat perjanjian apabila Fafa suka sama Fahri maka salah satu diantara mereka harus pindah kamar. Perjanjian itu sempat ditolak oleh Fafa namun untuk tidak menambah kecurigaan Meidi , Fafa menyetujui perjanjian itu.

Hari demi hari dilewati seperti biasa hingga sampai pada suatu malam yang indah bertabur bintang, Fafa dan Fahri berada di suatu tempat, wajah mereka tampak serius . “Fafa, sadarkah kau Allah menciptakan kamu begitu sempurna?” Fafa terperanga, ia merasa senang Fahri memujinya seperti itu, di sisi lain jantungnya kembali berdetak kencang, dan perasaannya tidak karuan. “Pertama aku melihatmu, aku merasa kau telah membawa hati dan pikiranku. Kau cantik, pintar, dan baik . Mungkinkah Allah menciptakanmu untukku?. Aku suka kamu fa, aku senang bisa selalu di dekatmu. Fa, Dengan izin Allah  maukah kamu jadi bunda bagi putra putriku?”. Seketika keadaan hening, perlahan air mata Fafa menetes, apa yang sebenarnya Fafa pikirkan bukankah ia juga suka Fahri, lalu kenapa ia menangis?. “Fa kamu kenapa, ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis?. Aku tau  mungkin ini berat bagimu, tapi itulah isi hatiku Fa”. Fafa masih terdiam, wajahnya terus menunduk, air matanya masih mengalir, Fafa menghela nafas panjang “ Kak, sebenarnya ciptaan Allah yang sempurna adalah kak Fahri. Kakak tampan, baik, saleh, pintar dan ngajinya bagus. Wanita manapun pasti bahagia jika bersanding dengan kakak”. Tanpa mereka sadari ternyata ada Meidi yang mengetehaui keberadaan mereka dan Meidi juga mendengar semua obrolan mereka, dengan hati yang kecewa Meidi pergi meninggalkan mereka. “ Aku tidak sempurna, masih banyak cacat dalam diri ini yang belum kakak ketahui, Maaf kak saat ini aku belum bisa kak, aku masih terlalu muda untuk itu. Aku kira ini hanya cinta nafsu kak. Kakak orang baik, InsyaAllah akan dapat orang baik juga. Percayalah kak, jika memang aku diciptakan oleh Allah untuk kakak , suatu saat kita akan bersama kak, seperti nabi adam dan siti hawa yang dulunya bersatu, lalu dipisahkan. Dengan izin Allah , mereka dipersatukan kembali. Maaf kak saya harus pulang. Assalamualaikum”.

Kertas putih dengan coretan hitam menyabut Fafa, keadaan sunyi menemani malamya. Seketika kabut hitam muncul, hatinya bagai disambar petir saat ia membaca surat itu

 Assalamualaikum Fafa

Aku sudah tau semuanya, mungkin kau mengira aku tak mengerti sandiwara ini, tidak ada yang perlu disesali, kau menyukai Fahri bukan?,kau telah menancapkan jarum dalam hatiku, apa ini yang dimaksud pagar makan tanaman? sesuai perjanjian yang telah kita buat, salah satu kita harus pergi, dan aku mengalah, aku pergi, biarkanlah aku obati lukaku sendiri

                                                                              Sahabatmu

                                                                                                            Meidi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun