Mohon tunggu...
fadila seohan
fadila seohan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Seorang reviewer buku yang menyenangi kegiatan menulis di beberapa platform menulis. Manusia yang sudah pasti akan berbuat salah dan akan selalu jadi pemula dalam berbagai hal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Silu

1 Agustus 2024   08:10 Diperbarui: 1 Agustus 2024   08:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

Langkah yang tertatih, barangkali akibat tak kuat menahan sensasi perih serta terbakar dari kulit kaki yang langsung menyentuh permukaan aspal dan sesekali muka tanah penuh kerikil. Semestinya keadaan itu lebih dari cukup untuk mematahkan asa dari seorang nirmala yang memang tak lagi mampu dibuat penuh namun rupanya yang menyiksa ragawi tak menyurutkan energi yang dipantik momentum patah hati yang menyiksa dengan sangat. 

Sang nirmala masih tetap melangkah walau dengan kecepatan yang semakin melamban dan mulai menyita perhatian beberapa pasang mata terutama karena warna kemerahan yang cukup pekat mulai membentuk aliran diantara guratan yang mulai muncul beberapa. Beberapa diantaranya bahkan menyempatkan untuk menelusur karena barangkali mendapati beberapa pasang kamera yang dipasang untuk keperluan pengambilan gambar.

Namun, sang Nirmala sedang melawan kenyataan. Barangkali hampir mirip dengan seorang yang tengah berlakon namun yang ini tak diupah dan tidak pula mengikuti arahan dari siapapun. Hanya kehilangan yang menuntun sang Nirmala saat ini. Mungkin juga, sedikit keinginan yang terlihat tak waras sebab menyalahi aturan.

"Saya pikir perlu untuk membicarakan hal ini denganmu, sayangku"

Tak sampai hati menolak halus kedatangan sang pemilik sepasang sayap yang terlalu pagi untuk pasangan yang semalam baru saja mengucap selamat malam dan lanjut mendengarkan celotehan masing-masing hingga salah satu terlelap. Sang Nirmala baru mampu terlelap dua jam sebelum ayam berkokok dan pemilik sepasang sayap datang pada waktu tukang bubur meninggalkan sebentar gerobaknya sebab ingin dhuha katanya.

Sesal terpancar dari sorot mata sang pemilik sepasang sayap. Dia tahu betul bahwa obrolan yang rada ngalor ngidul mereka lewat gawai menghabiskan waktu yang cukup mengganggu sirkulasi tidur mereka terutama sang nirmala yang berupaya keras menahan kantuk. Walaupun tak tega, dia bertekad untuk tetap membicarakan hal penting ini dengan perempuan yang ada dihadapannya kini.

"Jujur, ini masih begitu pagi untuk membicarakan hal yang serius, sayang. Tapi dari waktu kedatanganmu, rasanya ini bukan perkara merindu,kan?"

Anggukan lemah terlihat dari sang pemilik sepasang sayap. Meski berupaya menyamarkan namun bersamanya dalam waktu yang tak sebentar membuat sang nirmala terpantik kepercayaan dirinya terkait pengetahuannya dalam hal menafsirkan gelagat lawan bicaranya.

"Saya mungkin akan ditugaskan selama beberapa waktu...Mungkin sebelum jumpa pertama dengan keluarga besarmu, sayang"

"Khawatirkah dirimu dengan kemungkinan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun