Mohon tunggu...
Fadila Nur salsabila
Fadila Nur salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

menulis adalah tentang membaca dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka: Problematika Pendidikan Indonesia dan Upaya Pemulihan Krisis Belajar

31 Oktober 2022   08:22 Diperbarui: 31 Oktober 2022   08:39 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya pemerintah yang dituangkan melalui "Kurikulum Merdeka" ini, Opsi kebijakan pengembangan Kurikulum Merdeka ini diberikan kepada satuan pendidikan sebagai tambahan upaya untuk melakukan pemulihan krisis pembelajaran selama 2022-2024 akibat adanya pandemi COVID-19 . Kebijakan ini diniliai sudah cukup tepat dengan mempertimbangkan kondisi sekarang pemerintah harus berani mengambil tindakan untuk melakukan penyesuaian dan pengaturan ulang terhadap sistem pembelajaran sehingga ia bisa fleksibel dalam kondisi tertentu. seterusnya merupakan hal baik apabila Kebijakan Kemdikbudristek mengenai Kurikulum Nasional akan dikaji ulang pada tahun 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran, merujuk pada kondisi di mana pandemi COVID-19 yang menyebabkan kendala dan dampak yang cukup signifikan dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan kita.

Di harapkan akan ada evaluasi baik kedepannya terhadap upaya yang di pilih . karena sebenarnya Pergantian kurikulum memang sudah tidak asing bagi pendidikan kita sebab pergantian kurikulum sudah menjadi pola turun temurun bagi pemerintahan yang menjabat dan menjelma paten sebagai produk yang harus terus di produksi per lima tahun sekali oleh para pejabat yang ditunjuk menduduki kursi menteri pendidikan. Kurikulum ini di rancang dengan bumbu special ala mas menteri dan timnya, penambahan kata "merdeka belajar" seolah memberikan kebebasan dari belenggu beban mata pelajaran yang berat. Sebenarnya Terdapat beberapa perbedaan antara kurikulum ini dengan kurikulum sebelumnya. Salah satu dari program baru Merdeka Belajar ini terutama di Perguruan Tinggi yaitu mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari sesuatu di luar program studi yang ditempuhnya. Hal ini bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti praktik kerja (magang), pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independen, wirausaha, menjadi asisten pengajar, juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik untuk membangun desa. Pihak universitas pun menyambut program ini dengan menyesuaikan diri khususnya kurikulum agar memudahkan para mahasiswa untuk melakukan magang.

Tidak hanya perguruan tinggi, sekolah menengah atas atau kerap disingkat dengan SMA Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. "Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan," kata Nadiem secara virtual, Februari 2022 lalu. Ia mengatakan, siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA dan tidak lagi akan dikategorikan dalam kelompok jurusan IPA, IPS, atau Bahasa. "Ini salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih. Produk lainnya dalam kurikulum ini ada bentuk upaya pemerintah untuk membuat anak dapat terus berkreativitas, ber inovasi, dan dapat bersaing menciptakan produk -- produk menarik yang dapat membangun kepercaya dirian anak ketika nanti mereka turun ke lingkungan sosial yang lebih luas.

Harapannya Kurikulum ini nanti bukan hanya sebagai formalitas dan tuntutan tugas yang harus di kerjakan oleh menteri pendidikan kita. Alangkah baiknya dapat dikaji dan di kembangakan lebih jauh sebab sudah ada potensi-potensi yang harus mendaptkan perhatian khusus, agar problematika pendidikan yang selama ini kita takuti bisa kita redam. Agar anak atau siswa yang berada dalam ancaman learning loss bisa memulihkan diri karena, tidak ada tuntutan bahwa anak IPA hanya boleh di isi oleh mereka yang nilainya lebih dari standar kompetensi. Sementara IPS hanya untuk orang- orang yang tidak memenuhi standar kultur anak IPA yang di buat oleh guru dan masyarakat kita. Dengan "merdeka nya" kurikulum kita, anak dapat memilih apa yang menjadi minat mereka sehingga tidak ada keterpaksaan bagi siapa pun untuk menjadi manusia yang hanya produk dari kurikulum nya.

Kurikulum dalam Pandangan Ilmu Sosial

Dari sisi Ilmu sosial, upaya Pemerintah yang tertuang dalam "Kurikulum Merdeka" ini menjadi angin segar, karena Kurikulum adalah jantung pendidikan. Pendapat ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan kurikulum dalam ranah pendidikan nasional. karena kurikulum sangat mewarnai konstruksi dan wajah pendidikan suatu masyarakat. Kurikulum bukan sekadar menyangkut substansi dan instruksional pembelajaran yang bermain di level mikro, tetapi kurikulum berkaitan dengan relasi- relasi sosial berbagai agen yang terlibat dan berkepentingan di belakangnya. Selain berkaitan dengan kepentingan politik penguasa, kurikulum juga berkepentingan dengan relasi antara negara dengan sekolah (melalui representasi guru dan murid), dan relasi sosial antara sekolah dengan masyarakat. Bahkan relasi dengan pasar atau modal sangat berpengaruh. Aspek ke dualah yang mekonfirmasi bahwa kurikulum menjadi sangat strategis dalam level makro(Rakmat, 2013 : 178).


Selain itu, kurikulum ini diharapkan mampu memberdayakan anak-anak untuk mencari dan mempelajari apa yang mereka inginkan, dan mereka tidak harus hanya menjadi produk tahunan kurikulum, tetapi mereka dapat menjadi manusia siap sosial yang menghadapi komunitas yang berbeda karena mereka sudah memiliki motto di dalamnya yaitu  Siswa Pancasila. Dengan berkembang secara bebas, tanpa tekanan untuk mempelajari sesuatu yang bukan pilihannya, pendidikan di masa depan tidak hanya menjadi formalitas untuk memperoleh ijazah, tetapi juga pintu bagi anak untuk menemukan apa yang benar-benar diminatinya, demikianlah tujuan dari di rancangnya Kurikulum Merdeka, sehingga pendidikan kita bisa bersaing dengan negara maju di luar sana.

Dengan bantuan guru-guru penggerak dan sekolah penggerak diharpakan upaya yang sedang kita laksanakan bersama ini dapat Memberi "Atmosfer" baru  bagi pendidikan kita yang berada di ambang ancaman mengerikan bernama " Learning loss".  sebagai siswa pancasila anak - anak dapat menjadi siswa yang menjujung tingi nilai pancasila, dimana manusia yang berpendidikan dan berakhlak mulia, bukan manusia berijazah dalam selembar kertas yang menandakan bahwa ia telah menempuh pendidikan pada jenjang tertentu tanpa ada bekas ilmu dalam tingkah laku dan berpikirnya.

Daftar Pustaka dan Rujukan

Adi, N. N. S., Oka, D. N., & Wati, N. M. S. 2021. "Dampak positif dan         negatif Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi COVID-19". Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(1), 43.https://doi.org/10.23887/jipp.v5i1.32803

Julaeha, S. 2019. "Problematika kurikulum dan pembelajaran pendidikan karakter". Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 157. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.367

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun