Mohon tunggu...
Fadil Ahmad Muzakir
Fadil Ahmad Muzakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Warga sipil

Sedang mencari jalan untuk pergi ke Tulehu

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi: Simulakra Sepakbola

15 Maret 2024   13:57 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:19 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini memunculkan batas antara yang riil dengan yang tidak riil menjadi kabur. Susah membedakan antara yang realitas dengan yang bukan realitas. Pengalaman menyaksikan sepakbola sebagai pertandingan dengan pengalaman menyaksikan sepakbola sebagai tayangan sudah tidak ada bedanya.

Menurut Kang Zen, ketika tayangan sepakbola mampu menggantikan sepakbola yang dimainkan di stadion, ini sama seperti ketika pornografi menjadi lebih sensual dari aktivitas seks itu sendiri. Dalam pemikiran Baudrillard, hal ini terjadi karena adanya praktik simulasi; ketika gambaran (yang mewakili) suatu realitas justru menggantikan realitas itu sendiri; pornografi bisa lebih menggoda ketimbang aktivitas seks itu sendiri; tayangan sepakbola lebih menggairahkan ketimbang permainan sepakbola langsung di stadion.

Jukstaposisi: memandang sepakbola lebih luas

Secara keseluruhan, isi dalam buku ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan beliau yang pernah dipublish di media lain. Namun, dalam buku ini sudah disempurnakan sedemikian rupa. Membaca buku ini membuat saya semakin luas dalam memandang sepakbola. Pasalnya, Zen RS tidak memandang sepakbola hanya sebagai suatu pertandingan, tidak memandang sepakbola hanya dalam waktu 90 menit, tidak memandang sepakbola sesempit menang atau kalah. Beliau memandang sepakbola dengan sudut pandang yang lain, bahkan yang---menurut saya---tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Namun, beliau sangat terampil dalam mencari celah untuk menghubungkan antara sepakbola dengan hal lain. Keterampilan itulah yang disebut dengan jukstaposisi.

Jukstaposisi adalah hal yang sering saya temukan dalam buku ini. Dalam KBBI, jukstaposisi memiliki arti yaitu penempatan dua objek secara berdampingan. Jukstaposisi digunakan ketika kita akan membandingkan dua hal yang tujuannya untuk menunjukkan kemiripan atau perbedaan. Salah satu contoh jukstaposisi adalah yang baru saja anda baca tentang simulakra sepakbola. Itu adalah satu dari sekian banyak jukstaposisi yang diterapkan oleh Kang Zen dalam tulisan-tulisannya.

Tulisan dalam sub bab buku ini yang berjudul "Kesebelasan Para Bapak Bangsa", "Melawan Rasialisme dengan Mimikri", "Grand-Jete ala Maradona", dan "Please, Please, Gerrard..." adalah contoh lain dari jukstaposisi. Hal itulah yang membuat saya selalu kagum dengan tulisan beliau. Kita sebagai pembaca selalu diajak untuk memandang sepakbola secara lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun