Mohon tunggu...
Fadil Ahmad Muzakir
Fadil Ahmad Muzakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Warga sipil

Sedang mencari jalan untuk pergi ke Tulehu

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi: Simulakra Sepakbola

15 Maret 2024   13:57 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:19 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika pornografi mulai dianggap lebih sensual dibandingkan seks, bisakah tayangan sepakbola kini dianggap lebih sporty dari sepakbola itu sendiri?" (hal. 53)

Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan yang menjadi kalimat pertama di tulisan dalam sub bab yang berjudul "Simulakra Sepakbola" di buku karya Zen RS yang berjudul Simulakra Sepakbola. Yap, memang judul buku ini diambil dari judul tulisan dalam sub bab yang ada di dalamnya, Simulakra Sepakbola.

Buku karya Zen RS ini terbit pertama kali pada 2016 yang diterbitkan oleh penerbit Indie Book Corner yang bermarkas di Yogyakarta. Saya lupa bagaimana ceritanya saya bisa mendapatkan dan membaca buku ini. Pasalnya, saya merasa tidak pernah membeli buku ini. Seingat saya, yang membawa buku ini tiba-tiba ada di tumpukan koleksi buku-buku saya adalah kakak pertama saya.

Saat pertama kali ngeuh ternyata ada buku ini di tumpukan koleksi buku-buku saya, tentunya saya cukup antusias untuk melahapnya. Pertama kali saya membaca buku ini yaitu---kalau tidak salah---pada kuartal keempat tahun 2019, saat awal-awal masuk kuliah. Sebagai penggemar olahraga sepakbola, buku ini cukup berhasil membuat kepala saya menguap. Bukan karena saya tidak mengerti isinya, justru karena isinya berhasil memberikan banyak insight bagi saya karena buku ini sangat bernas. Saat pertama kali menamatkan buku ini, saya memiliki niatan untuk membacanya kembali dengan maksud agar bisa lebih mencerap isi dari buku ini. Akhirnya niatan tersebut bisa terlaksana setelah lima tahun kemudian. Mantap...

Kutipan Jean Baudrillard

Kembali ke pertanyaan di atas. Jika pornografi mulai dianggap lebih sensual dibandingkan seks, bisakah tayangan sepakbola kini dianggap lebih sporty dari sepakbola itu sendiri? Pertanyaan ini bukanlah miliki saya, melainkan milik pencipta buku ini, Zen RS.

Sebenarnya pertanyaan "...bisakah tayangan sepakbola kini dianggap lebih sporty dari sepakbola itu sendiri?" yang diajukan oleh Zen RS merupakan jukstaposisi dari kutipan Jean Baudrillard yang berbunyi "pornografi lebih sensual ketimbang seks itu sendiri". Menurut Baudrillard, pornografi bisa membuat candu banyak orang ketimbang aktivitas seks itu sendiri karena batas antara realitas dan yang bukan realitas itu sudah tidak ada bedanya.

Dalam memahami gagasan Baudrillard yang satu ini, dia memperkenalkan dua kata kunci yaitu "simulasi" dan "simulakra". Simulasi adalah proses di mana gambaran (yang mewakili) atas suatu objek justru menggantikan kedudukan objeknya itu sendiri. Dalam hal seks, yang mewakilinya adalah pornografi. Ketika seseorang sudah kencanduan pornografi, dia akan terlarut dalam kegiatan fantasi seksual yang tidak nyata alih-alih melakukan aktivitas seksual yang nyata.

Sedangkan, simulakra adalah istilah untuk menyebut ruang sosial di mana proses simulasi macam itu berlangsung. Dalam hal pornografi, fantasi seksual yang tidak nyata biasanya dinikmati melalui jaringan internet yang dapat diakses menggunakan alat elektronik seperti gawai, laptop, komputer, dan lain sebagainya.

Sepakbola sebagai tayangan VS sepakbola sebagai pertandingan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun