Pendidikan harus dinamis dan transformatif dalam rangka menuju kehidupan manusia yang lebih. Melalui konsep pendidikan transformatif setiap orang dituntut untuk bisa mengenjawatkan apa yang dipelajari sebagai wawasan dan keilmuan menjelma menjadi amalan dan perbuatan.
Konsep pendidikan transformatif berawal dari kisah KH. Ahmad Dahlan yang mengajarkan surat al Maun kepada segenap santrinya. Metode pembelajaran yang yang dikembangkan beliau bercorak kontektual melalui proses penyadaran.Â
Surat tersebut dipelajari berulang-ulang oleh santrinya dan kemudian belia mempertanyakan kepada santrinya apakah kandungan surah tersebut sudah diamalkan?. Â Maka keesokan harinya KH. Ahmad Dalan membawa berbagai barang yang dimilikinya kemudian mengajak santrinya menyantuni orang-orang miskin dilingkungan sekitar.
KH. Ahmad Dahlan sejak awal telah mengembangkan konsep pendidikan yang berelevansi dengan lingkungan kehidupan. Konsep ini melahirkan prinsip ilmu amaliah, amal ilmiah.Â
Jadi, ilmu akan bermanfaat ketika diamalkan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pendidikan konsekuensi inilah yang akan menjadi sumber kesadaran muhammadiyah untuk membangun sikap peduli terhadap lingkungan sosial.
Berawal dari konsep pendidikan transformatif, muhammadiyah melahirkan strisula pemberdayaan masyarakat: 1. Gerakan pendidikan dengan mendirikan balai pendidikan diseluruh jenjang yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia dan telah mulai meraba keluar negeri. 2. Gerakan kesehatan dengan mendirikan berbagai balai kesehatan dan terbaru Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC). 3. Gerakan ekonomi dengan membentuk lazismu dan lembaga mikro keuangan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) dan juga koperasi (Huda & Kusumawati, 2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H