Mohon tunggu...
Fadhlur Rahman Ahsas
Fadhlur Rahman Ahsas Mohon Tunggu... -

Fadhlur Rahman Ahsas Lahir Palangki 08 November 1986 Alumni Universitas Bung Hatta, Jurnalis dan Aktif di Forum Menulis puisi, cerpen, esai, resensi diberbagai media\r\nHp : 085274558898\r\nAlamat : Sekolah Al -Mukhlisin YMBI,Jl. Belimbing Raya Komp. Bojong Indah,Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelombang Lagu Jiwa

13 Februari 2014   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlayarlah pada alam renungan, seolah menemukan di antara lipatan-lipatan harapan

Ini bukanlah seruan yang mendustakan jiwa kegagalan, apalagi menakuti untuk wajah kesengsaraan

Saat ini angin mengabarkan akan datang pergolakan, sebua kabar cinta laksana perkawinan dan perceraian

Layar pun terbuka mengelepak terhembus oleh gelombang jiwa menarungi samudra kemanusiaan

Dialah, Getar-getir mengiramakan serat lagu mantra Sang Maha Brata, bersama terpaan gelombang itu pun berjulukan penjara kesucian

Tahun-tahun pun kuasa menapaki tingkah laku peradaban rapuh, membongkar sukma, mencabik kidung hati di atas tubuh terkulai letih

Sementara, dari lubuk jiwa yang meratap, tak sekuntum goresan cinta kunjung mengahampiri,  nanap lagu diam dengan jiwa gersang, sembari hati itu mengecut pipih

Wahai dikau pengembala hati, tiada lagi daya dan upaya untuk tetap mengarungi mahligai yang bertahtakan di atas cinta-kasih

Lalu, lagu itu di gubah dengan jampi-jampi penderitaan dengan reramuan kesunyian, sampai akar-akarnya melawan banyangan penuh kekecewaan dan kebingungan

Bukan dermaga saja pelabuahan hati, akan akut dari terjangan badai taufan

Bangunlah, cukup sudah sarat jeritan itu dengan keluhan yang kuat, tiada suara mengindahkan suatu bisikan

Perlihatkan irama sahdu dengan syair-syair merdu, dan penglihatan mereka telah tergoda mengambang di telaga Dewi Cinta

Berisi warna-warna pelangi, sangat indah, jika diiringi musim gugur, mengumpulkan buah ranum di atas kencana Ramayana

Sungguh tiada akhir gelombang jiwa-jiwa itu, seperti jiwa pedih menderita dan jiwa girang dan gembira. Sejogyanya, Dia hanya satu gelombang untuk kembali pada lagu yang memiliki syair kehidupan. Dialah pembolak-balik hati, seperti kiasan gelombang lagu ini.

Jakarta, 11/23/13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun