Berlayarlah pada alam renungan, seolah menemukan di antara lipatan-lipatan harapan
Ini bukanlah seruan yang mendustakan jiwa kegagalan, apalagi menakuti untuk wajah kesengsaraan
Saat ini angin mengabarkan akan datang pergolakan, sebua kabar cinta laksana perkawinan dan perceraian
Layar pun terbuka mengelepak terhembus oleh gelombang jiwa menarungi samudra kemanusiaan
Dialah, Getar-getir mengiramakan serat lagu mantra Sang Maha Brata, bersama terpaan gelombang itu pun berjulukan penjara kesucian
Tahun-tahun pun kuasa menapaki tingkah laku peradaban rapuh, membongkar sukma, mencabik kidung hati di atas tubuh terkulai letih
Sementara, dari lubuk jiwa yang meratap, tak sekuntum goresan cinta kunjung mengahampiri, Â nanap lagu diam dengan jiwa gersang, sembari hati itu mengecut pipih
Wahai dikau pengembala hati, tiada lagi daya dan upaya untuk tetap mengarungi mahligai yang bertahtakan di atas cinta-kasih
Lalu, lagu itu di gubah dengan jampi-jampi penderitaan dengan reramuan kesunyian, sampai akar-akarnya melawan banyangan penuh kekecewaan dan kebingungan
Bukan dermaga saja pelabuahan hati, akan akut dari terjangan badai taufan
Bangunlah, cukup sudah sarat jeritan itu dengan keluhan yang kuat, tiada suara mengindahkan suatu bisikan
Perlihatkan irama sahdu dengan syair-syair merdu, dan penglihatan mereka telah tergoda mengambang di telaga Dewi Cinta
Berisi warna-warna pelangi, sangat indah, jika diiringi musim gugur, mengumpulkan buah ranum di atas kencana Ramayana
Sungguh tiada akhir gelombang jiwa-jiwa itu, seperti jiwa pedih menderita dan jiwa girang dan gembira. Sejogyanya, Dia hanya satu gelombang untuk kembali pada lagu yang memiliki syair kehidupan. Dialah pembolak-balik hati, seperti kiasan gelombang lagu ini.
Jakarta, 11/23/13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H