Oleh sebab itu, alangkah kecewa seorang mukmin jika tidak bertemu dan ditemui malam mulia tersebut hanya karena peristiwanya terjadi di satu malam.
Terkait hal itu muncul pertanyaan, kenapa lailatul kadar hanya terjadi di satu malam, tidak dua atau tiga malam? Sebab, semua orang beriman ingin bertemu dengan momen tersebut.Â
Lalu, jika lailatul kadar hanya terjadi di satu waktu (malam hari), bagaimana dengan mereka yang berada di belahan bumi sebelah sana? Secara, saat belahan bumi sebelah sini diliputi kegelapan, maka di sebelah sana akan diliputi terangbenderang, begitu juga sebaliknya.Â
Maka, jika lailatul kadar hanya terjadi di satu waktu, bukankah belahan dunia yang lain tidak akan dapat menyapa peristiwa tersebut? Atau apakah momen tersebut hanya berlaku di lokasi atau wilayah tertentu?
Menurut saya pertanyaan di atas tergolong "genit" dan hanya orang yang memiliki kualifikasi tertentu yang dapat menjawabnya.Â
2. Apa Tanda-tanda Lailatul Kadar.Â
Sebagian orang menganggap bahwa peristiwa lailatul kadar dapat dideteksi melalui gejala-gejala alam. Mereka meyakini kejadian aneh, unik dan langkah yang terjadi di sebagian malam pada bulan ramadan sebagai bagian dari tanda-tanda datangnya malam lailatul kadar.Â
Kita mungkin pernah mendengar cerita orang tua dulu yang menarasikan perubahan alam yang terjadi secara tiba-tiba sebagai tanda berlangsungnya lailatul kadar.Â
Misalnya, air laut tiba-tiba surut, malam terasa sangat dingin, pohon-pohon tinggi seolah menundukkan batangnya, hujan deras mereda, angin berhenti berembus dan banyak lagi lainnya.Â
Namun, apakah betul malam lailatul kadar dapat dideteksi melalui peristiwa alam? Atau apakah kejadian yang terjadi pada malam bulan ramadan hanya sebuah proses alamiah dan bisa dikatakan sebagai hal normal sebagaimana siklus perubahan iklim, perubahan cuaca pada umumnya?Â
Sulit untuk membuktikan kebenarannya, apalagi merujuk pada dalil subjektif, karena minimnya dalil-dalil yang dapat menguatkan hal tersebut.Â