Mohon tunggu...
fadhil wicaksono
fadhil wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nama saya muhammad fadhil wicaksono. Saya berdomisil di jakarta timur, hobi saya adalah mengedit audio/video.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Komunikasi Sosiologi Terhadap Peristiwa G30SPKI Jenderal A.H Nasution

14 Juli 2024   06:32 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:33 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada malam 30 September hingga pagi 1 Oktober 1965. Berikut adalah kronologi kejadian yang berkaitan dengan Jenderal A.H. Nasution:

Latar Belakang

G30S/PKI merupakan upaya kudeta yang dilakukan oleh kelompok dalam tubuh TNI Angkatan Darat yang didukung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Tujuannya adalah untuk menggulingkan pemerintahan dan mengambil alih kekuasaan di Indonesia.

Peristiwa G30S/PKI adalah hasil dari kompleksitas politik, ideologis, ekonomi, dan sosial yang berkembang di Indonesia pada awal 1960-an. Ketegangan antara PKI dan Angkatan Darat, kondisi ekonomi yang buruk, serta pengaruh internasional menjadi latar belakang yang melahirkan peristiwa tragis ini. Peristiwa G30S/PKI memiliki dampak besar terhadap sejarah Indonesia, termasuk perubahan besar dalam struktur politik dan militer negara serta permulaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Peristiwa G30S/PKI

Pada malam 30 September 1965, sekelompok pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung dari Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa (pasukan pengawal presiden) melancarkan serangan terhadap beberapa perwira tinggi Angkatan Darat. Mereka menculik dan membunuh enam jenderal serta satu perwira pertama. Para jenderal tersebut adalah:

1.Letnan Jenderal Ahmad Yani

2.Mayor Jenderal R. Soeprapto

3.Mayor Jenderal M.T. Haryono

4.Mayor Jenderal S. Parman

5.Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan

6.Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

7.Kapten Pierre Tendean (yang menjadi korban karena berada di tempat yang salah saat penculikan Jenderal Nasution)

Peran Jenderal A.H. Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan serta Kepala Staf Angkatan Bersenjata, menjadi salah satu target utama G30S/PKI. Namun, beliau berhasil melarikan diri dari upaya penculikan tersebut. Berikut adalah kejadian yang menimpa Jenderal A.H. Nasution:

1.Penyerangan Rumah

Pada malam itu, pasukan G30S/PKI menyerbu rumah Jenderal Nasution di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Mereka berusaha menculiknya, namun Nasution berhasil melarikan diri dengan melompati tembok belakang rumahnya dan bersembunyi di kediaman Dubes Irak yang berada di sebelah rumahnya.

2.Korban

Dalam serangan ini, putri Nasution, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak dan kemudian meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 1965. Selain itu, ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean, juga menjadi korban dan dibawa oleh pasukan G30S/PKI yang menyangka bahwa dia adalah Jenderal Nasution.

3. Dampak dan Konsekuensi

Kegagalan G30S/PKI ini segera diketahui oleh Mayor Jenderal Soeharto, yang kemudian mengambil alih komando Angkatan Darat. Dengan cepat, Soeharto dan pasukannya berhasil mengendalikan situasi dan menumpas para pelaku kudeta. Pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto mengumumkan bahwa dia telah mengendalikan situasi dan menyatakan bahwa G30S/PKI telah dikalahkan.

Peristiwa ini menjadi titik balik dalam sejarah Indonesia. PKI kemudian dilarang, dan anggotanya serta simpatisannya mengalami penangkapan massal, penyiksaan, dan pembunuhan. Peristiwa ini juga membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno dan memulai rezim Orde Baru yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade.

Peristiwa yang melibatkan Jenderal A.H. Nasution dalam G30S/PKI dianalisis dalam konteks sosiologi komunikasi untuk memahami bagaimana komunikasi dan interaksi sosial dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peristiwa tersebut. Berikut beberapa hubungan penting antara peristiwa G30S/PKI dengan sosiologi komunikasi.

1. Pengaruh Kekuasaan dalam Komunikasi

Ilmu sosiologi komunikasi mempelajari bagaimana kekuasaan mempengaruhi cara pesan disampaikan dan diterima dalam masyarakat.

A.Kekuasaan Militer dan Kontrol Informasi

Setelah peristiwa G30S/PKI, militer, termasuk Jenderal Nasution, memegang kendali atas narasi yang beredar di masyarakat. Mereka menggunakan media massa untuk menyebarkan informasi yang mendukung tindakan mereka dan mendiskreditkan PKI.

B.Dominasi Wacana

Militer berhasil mendominasi wacana publik dengan menciptakan narasi bahwa PKI adalah ancaman besar bagi negara. Hal ini menunjukkan bagaimana kelompok yang berkuasa dapat mengendalikan aliran informasi untuk mempertahankan kekuasaan mereka.

2. Propaganda dan Pembentukan Opini Publik

Propaganda adalah alat penting dalam sosiologi komunikasi yang digunakan untuk membentuk opini dan sikap publik.

A.Penggunaan Propaganda oleh Militer

Militer menggunakan berbagai bentuk propaganda untuk menyebarkan ketakutan terhadap komunisme dan melegitimasi tindakan represif mereka. Media massa, termasuk radio, surat kabar, dan film, digunakan untuk menyebarkan pesan anti-komunis.

B.Pengaruh terhadap Persepsi Publik

Kampanye propaganda ini berhasil membentuk persepsi publik bahwa tindakan militer diperlukan untuk menyelamatkan negara dari ancaman komunis. Ini menunjukkan bagaimana media dan komunikasi dapat digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan opini publik.

3. Simbolisme dan Identitas

Simbolisme dalam sosiologi komunikasi mengacu pada bagaimana simbol dan identitas digunakan untuk membentuk makna dan hubungan sosial.

A.Nasution sebagai Simbol Perlawanan

Jenderal Nasution menjadi simbol perlawanan terhadap PKI. Keberhasilannya melarikan diri dari upaya kudeta dan pengorbanan putrinya, Ade Irma Suryani, memperkuat citra Nasution sebagai pahlawan nasional.

B.Identitas Nasional

Peristiwa G30S/PKI dan reaksi terhadapnya membantu membentuk identitas nasional yang anti-komunis dan pro-militer. Simbol-simbol seperti pahlawan militer dan pengkhianatan PKI digunakan untuk mengonsolidasi dukungan publik terhadap rezim yang baru.

4. Interaksi Sosial dan Konflik

A.Konflik Ideologis

G30S/PKI adalah puncak dari konflik ideologis antara komunis dan anti-komunis di Indonesia. Nasution, sebagai tokoh militer, terlibat langsung dalam konflik ini, baik secara fisik maupun simbolis.

B.Interaksi dan Negosiasi

Setelah peristiwa G30S/PKI, interaksi antara berbagai kelompok, termasuk militer, pemerintah, dan masyarakat, berfokus pada negosiasi kekuasaan dan stabilitas. Nasution berperan dalam menavigasi interaksi ini untuk memastikan bahwa kekuatan militer tetap dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun