Mohon tunggu...
Fadhil Nugroho Adi
Fadhil Nugroho Adi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Paruh Waktu

Pembelajar, penyampai gagasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petuah Jawa tentang Hidup: Sarana Afirmasi Diri

8 November 2020   22:31 Diperbarui: 8 November 2020   22:40 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk membuat sebuah tindakan yang positif, kita harus mengembangkan sebuah pandangan positif." -- (Dalai Lama XIV)

Afirmasi adalah kalimat yang ditujukan untuk memengaruhi pikiran dan alam bawah sadar seseorang, sehingga nantinya berpengaruh pada perilaku, pola pikir, kebiasaan, dan lingkungan sekitar. Kata-kata yang memberi afirmasi positif, apabila diucapkan secara berulang, akan terserap ke dalam pikiran sehingga memberikan energi dan motivasi yang sangat baik pada diri seseorang. Secara umum, afirmasi berguna untuk menjaga pikiran agar tetap fokus pada tujuan. Dengan memengaruhi alam bawah sadar, kata-kata positif tersebut mampu membuat seseorang merasa lebih positif, baik secara internal maupun eksternal.

Harun Inam, Co-founder dari Broftware Labs mengurai beberapa tips agar afirmasi dapat berjalan baik. Antara lain:

  • Diucapkan secarja konsisten, setidaknya 2 kali sehari.
  • Mulailah di pagi hari, tepat setelah bangun tidur. Afirmasi positif akan sangat berguna untuk memulai hari.
  • Ucapkan juga satu kali sebelum tidur. Saat terlelap, afirmasi yang diucapkan akan bekerja di alam bawah sadar.
  • Utarakan secara berulang, dengan durasi kira-kira 5 menit. Ucapkan kata-kata tersebut masing-masing 10 kali secara perlahan namun dengan percaya diri.
  • Mulailah secara fokus.
  • Konsisten dengan mengulanginya setiap hari.
  • Buatlah komitmen untuk menjalankannya selama 30 hari, atau lebih dari itu justru lebih baik. Jangan patah semangat.

Selain Harun Inam, Yogananda dalam tulisannya How to Be a Success, menuliskan tips untuk mempraktekkan afirmasi:

"In practicing affirmations, the spiritual aspirant must be unfailingly patient. Believe you are inherently healthy when you want good health; believe you are inherently prosperous when you want prosperity; believe you are inherently wise when you want wisdom---then health, prosperity, and wisdom will manifest themselves in you."

(Dalam menjalankan afirmasinya, seorang spiritual harus selalu bersabar. Yakinkan dirimu sehat saat menginginkan kesehatan yang baik; percaya bahwa dirimu makmur saat menginginkan kemakmuran; percaya bahwa dirimu bijaksana saat kau juga menginginkan kebijaksaan-maka kesehatan, kemakmuran dan kebijaksanaan akan terwujud alam dirimu)

Mengafirmasi dengan Petuah Jawa

Kata-kata positif tentu bisa dengan mudah ditemukan di mana saja. Banyak sekali ungkapan-ungkapan bijak dari berbagai tokoh yang bisa dipraktekkan.

Akan tetapi, jika kita mau menggali lebih dalam, sebenarnya begitu banyak pitutur atau petuah-petuah para pujangga dan tokoh spiritual pada masa lalu yang sangat bermanfaat untuk mengolah daya pikir agar lebih positif.

Petuah-petuah ini ada yang berbentuk serat, tembang, ada juga yang berbentuk ungkapan lisan dan diteruskan secara turun temurun. Satu di antaranya adalah Serat Panitibaya yang ditulis oleh Bhatara Katong. Ada 176 pupuh dan keseluruhannya berbentuk tembang Pangkur.

Dalam catatan sejarah, Bhatara Katong adalah putra Prabu Kertabhumi. Ia merupakan Walisanga generasi kedua yang hidup semasa dengan Ki Ageng Pandan Arang dan konon mengemban persebaran agama Islam di wilayah Kendal atau Kaliwungu. Berikut beberapa bagian Serat Panitibaya yang dapat diterapkan sebagai afirmasi sehari-hari:

Asthadasa-dasa sapta aja,

lali marang wong kang agawe becik,

nedya melesa sireku,

ing reh kuwasa nir,

yen sumengka reksa lan weruh ing dudu,

kalebu niayeng badan,

sayekti luput niwasi.

(Jangan melupakan orang yang berbuat baik kepadamu, hendaknya engkau membalasnya dari segala kemampuanmpu, tetapi jangan memperberat dan mempersulit diri sendiri termasuk menyia-nyiakan badan sendiri. Jelas itu tindakan salah dan menyengsarakan)

Ping tridasa-sapta aja,

ladak ngekul nguna padaning urip,

yen nalar melok wis tutur,

tan susah winicara, gaip Allah yeku kang marahi lupit,

menek dadi tetundesan,

wekasan kempyung niwasi

(Jangan kamu angkuh, memandang rendah, menghina sesama manusia, jika dengan akal sehat sudah dapat diterangkan oleh kehendak Allah yang nantinya engkau menjadi tumpuan kesalahan, membuat ribut dan celaka)

Ping tridasa-nawa aja,

riya bibir gunggung badan pribadi,

dumeh kandel sugih brewu,

kendel lamun suwita,

guna sura nadyan nyata temah luput,

sabab badan kena rusak,

temah kasiku niwasi

(Jangan sombong, pongah, dan menyanjung diri sendiri karena kaya raya. Bila dipercaya mengabdi, walaupun gagah berani, tetapi bila salah badan dapat rusak. Maka engkau terkutuk dan menjadi sengsara)

Kaping asthadasa aja,

agawean yen during wruh dadining,

manawa tyas kapiduwung,

osik ira kang minangka sipatipun,

yen lali nora rineksa,

sayektine aniwasi

(Jangan membuat sesuatu jika belum tahu akan hasilnya, jangan membuat hati kecewa dan jangan lupa untuk menjaganya. Demikian kebiasaan (sifat) dalam hati yang sebenarnya akan membuat hati sengsara)

Satus-sapta dasa panca,

barang karsa becik batinen dhisik,

prayogane lawan patut,

awya angaya-aya,

lulung meneng yen rekasa,

dimen tan karya niwasi

(Jangan hanya hal sepele ingin dipuji. Janganlah terburu nafsu karena ingin secepatnya menyampaikan kehendak, lebih baik diam apabila ternyata sukar biarkan saja. Asal tidak membuat celaka diri sendiri)

Dan sebenarnya masih banyak lagi wewaler atau larangan dalam Serat Panitibaya yang sangat bermanfaat untuk mengubah hidup kita menjadi positif. Namun untuk melengkapi afirmasi dari pitutur leluhur, berikut beberapa Pusaka Kautaman bagian Memayu Hayuning Pribadi sebagai berikut:

Sabar iku ingaran mustikaning laku, jumbuh karo unine bebasan: "Sabar iku kuncining swarga", ateges marganing kamulyan. Sabar, lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandadaraning ngaurip, nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep. Suwalike malah ketok pengarep-arep lan kuwawa napani apa bae kang gumelar ing salumahe jagad iki.

(Sabar adalah inti (mustika) laku, sesuai dengan peribahasa: sabar adalah kunci masuk ke surga, artinya: sabar adalah jalan menuju kemuliaan hidup. Sabar, memuat daya kekuatan untuk menjalani semua percobaan dan ujian menjalani hidup, namun bukan berarti putus asa kehilangan harapan. Justru sebaliknya penuh harapan dan mampu menerima (memahami) segala hal yang tergelar di dunia)

 Sapa kang nganggep apa bae gampang, mesthi bakal nemu akeh rubeda. Sapa kang gampang janji, iya kuwi kang arang netepi.

(Siapa yang menggampangkan semua persoalan akan menerima banyak kesulitan. Siapa yang mudah berjanji, akan mudah mengingkarinya)

Kang waspada marang awakmu dhewe jalaran iya awakmu dhewe kuwi kang mujudake musuhmu kang paling gedhe.

(Waspadalah terhadap dirimu sendiri, karena dirimu sendiri itu yang menjadi musuh besarmu)

Yen sira urip ing alam donya iki rumangsa nampa pandum kasethithiken iku wis dadi pepesthen uripmu, ora perlu mbok murinani. Pamurinamu prayoga lipuren sarana mawas marang lelabuhanmu dhewe, jer lelabuhan ing alam donya mono dadi trajuning akeh sethithike pandummu.

(Kalau kamu hidup di dunia merasa menerima rejeki sedikit itu sudah menjadi 'kepastian' hidupmu, tidak perlu memanjakan kemarahanmu. Kemarahanmu seyogyanya kamu hibur dengan cara mawas diri terhadap darma baktimu sendiri, sebab darma baktimu di dunia menjadi timbangan banyak sedikitnya rejekimu)

Kemudian dalam bagian Memayu Hayuning Bebrayan, berikut satu kutipan dari sekian pitutur yang dapat diterapkan:

Udinen ing alam donya iki aja ana wong kang kok sengiti, supaya ora ana wong sengit marang kowe, balik sabisa-bisa padha tresnanana. Amarga lelakon ing alam donya iki anane mung wales-winales bae. Dene yen kepeksa kowe sengit marang sawijining wong, mangka kowe ora bisa mbuwang sengitmu, gawenen wadi aja ana wong kang ngerti. Yen kowe ngandhakake sengitmu marang liyan, prasasat kowe mamerake alane atimu.

(Usahakan hidup di dunia ini tidak membenci seseorang agar kamu tidak dibenci orang juga, sebaliknya sedapat mungkin berikanlah kasih. Karena yang ada di dunia ini adalah saling balas-membalas. Seandainya terpaksa kamu harus membenci seseorang, dan kamu tidak bisa melupakan rasa bencimu, buatlah sebagai rahasia jangan sampai orang lain tahu. Kalau kamu katakan bencimu pada seseorang kepada orang lain, maka sebenarnya kamu memamerkan keburukan hatimu sendiri)

Demikianlah beberapa petuah Jawa yang bisa digunakan sebagai afirmasi positif sehari-hari. Semoga dengan menerapkannya, perubahan hidup akan terasa sehingga berdampak juga pada keluarga dan lingkungan di sekitar.

Wong iku kudu ngudi kabecikan, jalaran kabecikan iku sanguning urip -Orang harus mengutamakan kebaikan, karena kebaikan merupakan bekal hidup

Kapethik saka Ngelmu Urip Bawarasa Kawruh Kejawen (Ki Sondong Mandali, 2010), lan Alih Aksara dan Transliterasi Serat Panitibaya (Museum Ranggawarsita, 2004)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun