Mohon tunggu...
Fadhillah Piliang
Fadhillah Piliang Mohon Tunggu... Programmer - Programer komputer yang suka menulis dari saat kuliah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Perusahaan swasta, Programer komputer Alumni universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mimpi Besar yang Berubah Arah

4 Agustus 2021   08:51 Diperbarui: 4 Agustus 2021   08:56 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkan medali emas perdana untuk Kontingen Indonesia yang berlaga di Olympiade Tokyo. Selain mempersembahkan mendali emas pertama untuk kontigen Indonesia, pasangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, juga mampu mempertahankan tradisi mendali emas untuk cabang bulutangkis di ajang olimpiade.

Keberhasilan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu ini semakin lengkap dengan keberhasilan Antony Sinisuka Ginting memperoleh mendali mendali perunggu. Keberhasilan Antony Sinisuka Ginting berhasil meraih mendali merupakan keikutsertaan Olympiade pertamanya.

Keberhasilan Greysia Polii, Apriyani Rahayu dan Antony Sinisuka Ginting membangkitkan semangat anak-anak muda untuk juga menjadi atlit.

Bicara tentang menjadi atlit, saya pernah bermimpi untuk menjadi atlit sepakbola. Sejak kecil saya sudah berlatih sepakbola dan bergabung dengan klub sepakbola di kampung saya. Mimpi untuk menjadi pesepakbola terkenal dan memperkuat Indonesia di ajang Internasional selalu bergema di hati saya. Hal ini juga didukung kedua orang tua saya, dengan melengkapi perlengkapan untuk menjadi pesepakbola yang handal. Apalagi bapak saya juga penggemar sepakbola yang cukup fanatik.

Waktu SMP mimpi saya untuk menjadi atlit sepakbola menjadi kandas seketika. Waktu pertandingan antar sekolah kaki kanan saya mengalami cedera parah. Saya berharap untuk cepat pulih dan bermain sepakbola lagi. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan kaki saya belum juga pulih 100%.

Akhirnya setelah saya sudah menempuh pendidikan di SMA, dan saya belum bisa berlatih sepakbola dengan sempurna. Bapak kemudian berbicara dari hati ke hati dengan saya.

"Lupakan mimpi besarnya untuk menjadi atlit sepakbola.

Fokuslah ke pendidikanmu dan rubahlah cita-citamu sebab arah kehidupan kita mulai ditentukan disaat masih di SMA", kata bapak yang saya ingat sampai sekarang.

Akhirnya saya putuskan untuk fokus ke pendidikan dan melupakan mimpi besar untuk menjadi seorang atlit sepakbola.

Walau kehidupan masa depanku sudah terenggut, tetapi saya kini harus fokus ke pendidikan.

Alhamdulillah Walau Ngak jadi menjadi atlit sepakbola, tapi kini saya berhasil menjadi programer komputer. Sebelumnya saya lulus dari Salah Satu Universitas negeri ternama di Jakarta.

Walaupun tidak menjadi pesepakbola, kehidupan harus berjalan terus. Mimpi besar untuk menjadi atlit sepakbola itu telah berganti menjadi seorang Programer Komputer.

Siapa tahu suatu saat nanti saya bisa membuat Game komputer yang berhubungan dengan sepakbola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun