Mohon tunggu...
Fadhil Alfaraz
Fadhil Alfaraz Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SALATIGA

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kejanggalan pada Masa Soeharto dan Tuduhan Rezim terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI)

30 Juni 2024   11:45 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:45 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejanggalan pada Masa Soeharto dan Tuduhan Rezim terhadap PKI

Pendahuluan

Masa pemerintahan Soeharto, yang dikenal sebagai era Orde Baru, merupakan periode yang penuh dengan dinamika dan kontroversi dalam sejarah politik Indonesia. Salah satu isu yang paling menonjol adalah tuduhan rezim terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap sebagai dalang di balik berbagai kekacauan dan ancaman terhadap stabilitas negara. 

Artikel ini akan mengulas kejanggalan yang terjadi pada masa Soeharto serta menjelaskan tuduhan rezim terhadap PKI, dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif bagi mahasiswa tentang konteks historis yang kompleks ini.

Latar Belakang Orde Baru

Orde Baru dimulai setelah kejatuhan Presiden Soekarno pada tahun 1966, ketika Letnan Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pemerintahan Soeharto dikenal dengan kebijakannya yang otoriter, namun berfokus pada stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Tuduhan Terhadap PKI

Salah satu langkah pertama Soeharto dalam memperkuat kekuasaannya adalah menuduh PKI sebagai dalang di balik peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI), sebuah kudeta yang gagal pada 30 September 1965. Kudeta ini mengakibatkan tewasnya enam jenderal TNI Angkatan Darat dan seorang perwira pertama. Tuduhan ini menjadi dasar bagi pemerintah untuk melakukan tindakan represif terhadap anggota dan simpatisan PKI.

Kejanggalan dalam Peristiwa G30S/PKI

Meskipun PKI secara resmi dituduh sebagai dalang di balik kudeta tersebut, banyak sejarawan dan peneliti yang mempertanyakan validitas tuduhan tersebut. Beberapa kejanggalan yang sering disebutkan antara lain:

1. Keterlibatan Militer:

    - Beberapa bukti menunjukkan keterlibatan elemen tertentu dalam militer yang mendukung atau setidaknya mengetahui rencana kudeta (Roosa, John. *Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup D'tat in Indonesia*. University of Wisconsin Press, 2006).

    - Keterlibatan ini sering kali tidak diungkap secara jelas dalam narasi resmi pemerintah.

2. Proses Pengadilan:

    - Pengadilan terhadap anggota PKI dan simpatisan mereka seringkali tidak transparan dan tidak adil. Banyak terdakwa yang dihukum tanpa bukti yang cukup dan tanpa proses hukum yang layak (Cribb, Robert, ed. *The Indonesian Killings of 1965-1966: Studies from Java and Bali*. Clayton, Victoria: Monash Asia Institute, 1990).

3. Pembantaian Massal:

    - Setelah peristiwa G30S/PKI, Indonesia mengalami salah satu pembantaian massal terbesar dalam sejarah modern, di mana ratusan ribu hingga mungkin jutaan orang yang dituduh terkait dengan PKI dibunuh (Melvin, Jess. *The Army and the Indonesian Genocide: Mechanics of Mass Murder*. Routledge, 2018).

    - Pembantaian ini dilakukan dengan persetujuan atau bahkan dukungan dari pemerintah dan militer, namun banyak detailnya yang masih tersembunyi hingga kini.

Kejanggalan Kebijakan dan Tindakan Soeharto

Selain tuduhan terhadap PKI, ada beberapa kejanggalan lain dalam kebijakan dan tindakan Soeharto selama masa jabatannya:

1. Sentralisasi Kekuasaan:

    - Soeharto menciptakan sistem kekuasaan yang sangat terpusat, dengan mengandalkan militer dan birokrasi untuk mengendalikan berbagai aspek kehidupan politik dan sosial (Crouch, Harold. *The Army and Politics in Indonesia*. Cornell University Press, 1978).

2. Penindasan Oposisi:

    - Pemerintahan Soeharto dikenal karena penindasannya terhadap oposisi politik. Pembungkaman suara-suara kritis melalui penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, dan penghilangan paksa menjadi ciri khas Orde Baru (Aspinall, Edward. *Opposing Suharto: Compromise, Resistance, and Regime Change in Indonesia*. Stanford University Press, 2005).

3. Korupsi dan Nepotisme:

    - Selama masa Orde Baru, korupsi dan nepotisme merajalela. Banyak pejabat tinggi, termasuk keluarga Soeharto, diduga terlibat dalam praktik korupsi yang merugikan negara (Vatikiotis, Michael R. J. *Indonesian Politics under Suharto: The Rise and Fall of the New Order*. Routledge, 1993).

Kesimpulan

Masa pemerintahan Soeharto dan tuduhan rezim terhadap PKI merupakan periode yang penuh dengan kejanggalan dan kontroversi. Pencarian kebenaran tentang peristiwa G30S/PKI dan tindakan represif yang menyusulnya masih menjadi tugas penting bagi sejarawan dan peneliti. Bagi mahasiswa, memahami kompleksitas sejarah ini merupakan langkah penting untuk mengembangkan wawasan kritis dan bijaksana dalam menilai masa lalu bangsa.

Dengan mempelajari kejanggalan pada masa Soeharto dan tuduhan terhadap PKI, kita dapat menggali pelajaran berharga tentang pentingnya transparansi, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam pemerintahan. Sejarah ini mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap kekuasaan yang tidak terkendali dan pentingnya menjaga demokrasi serta kebebasan dalam kehidupan politik.

Daftar Pustaka

- Aspinall, Edward. *Opposing Suharto: Compromise, Resistance, and Regime Change in Indonesia*. Stanford University Press, 2005.

- Cribb, Robert, ed. *The Indonesian Killings of 1965-1966: Studies from Java and Bali*. Clayton, Victoria: Monash Asia Institute, 1990.

- Crouch, Harold. *The Army and Politics in Indonesia*. Cornell University Press, 1978.

- Melvin, Jess. *The Army and the Indonesian Genocide: Mechanics of Mass Murder*. Routledge, 2018.

- Roosa, John. *Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup D'tat in Indonesia*. University of Wisconsin Press, 2006.

- Vatikiotis, Michael R. J. *Indonesian Politics under Suharto: The Rise and Fall of the New Order*. Routledge, 1993.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun