Mohon tunggu...
Fadhilah Mursyid
Fadhilah Mursyid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih Belajar mohon berkenan memberikan saran jika ada salah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isu Gender dan Lingkungan Relasi Perempuan dan Laki-laki di Kalangan Pesantren

27 November 2020   09:17 Diperbarui: 27 November 2020   09:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relasi Dalam Pendidikan

Dalam hal pendidikan berbagai pesantren sendiri sepakat bahwasannya perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam memperoleh ilmu. Tidak ada perbedaan bagi kedua pihak dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Hal ini juga telah ternash di dalam hadis.

Tujuan utama perempuan menuntut ilmu adalah karena mereka yang kelak akan menjadi "madrasah" pertama bagi anak-anak mereka kelak. Hal ini sangat penting karena anak-anak adalah generasai penerus bangsa, sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Menurut sebagian kelompok ada baiknya bagi perempuan untuk menyebarkan ilmunya ke lingkungan terbatas saja, seperti lingkungan sekitar.

Penutup

Simpulan

Secara umum, al-Qur'an dan kitab-kitab kuning mengajarkan banyak sekali nilai-nilai kesetaraan. Dalam hal ini termasuk juga relasi perempuan dan laki-laki, baik sebagai suami istri, pemimpin, dan penuntut ilmu. Namun semua itu masihlah bergantung pada persepsi setiap individu masing-masing.

Adanya perbedaan persepsi ini muncul dikarenakan pembentukan persepsi seseorang tentang suatu hal dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan pemikirannya masing-masing. Meskipun ada faktor stimulus yang sama, tetapi persepsi setiap orang tentang dapat berbeda-beda. Demikian pula dalam menginterpretasikan makna dari ayat Al Quran atau hadis, sangat tergantung dengan perspektif, pengalaman hidup, pengetahuan, dan pengaruh lingkungan dari ahli tafsir/ulama. Pada saat mengajarkan tafsiran tersebut juga dipengaruhi dengan persepsi dari pengajar, kemudian disampaikan ke santri akan dipengaruhi dengan pemikiran dan pengalaman hidup santri

Saran

Penafsiran Al Quran dan hadis harus dilakukan dengan pendekatan historis, sosiologis, antropologis dan kondisi tertentu, serta sosial budaya. Harus diperhatikan pula fakta-fakta dan fenomena masyarakat yang terus berubah. Penafsiran terhadap teks tidak dapat dipaksakan harus selalu sama dengan penafsiran awalnya, melainkan terus disesuaikan dengan situasi kemasyarakatan yang berkembang. Perlu diciptakan suatu sistem sosial yang adil dan dapat mengakomodir perbedaan kebutuhan perempuan dan laki-laki. Para ulama/ kyai/pengasuh/pengajar di pesantren hendaknya dapat menggunakan forum-forum diskusi dan kajian, untuk menelaah suatu teks ayat Al Quran atau hadis; yang berpotensi menimbulkan persepsi ketidakberpihakan terhadap suatu kelompok jenis kelamin.

Daftar pustaka

Martiany, Diany. 2017. Perseprsi Kalangan Pesantren Terhadap Relasi Perempuan dan Laki-Laki. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun