Keduanya mengalami berbagai rintangan dalam mencapai impian mereka, namun tetap berusaha bangkit dari kegagalan. Hal ini sejalan dengan konsep self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura, di mana keyakinan individu terhadap kemampuan diri sangat mempengaruhi motivasi dan pencapaian.Â
Ketekunan mereka menjadi cerminan nilai budaya yang mengajarkan bahwa usaha yang konsisten dapat mengatasi berbagai tantangan. Selanjutnya, hubungan manusia dengan Tuhan juga menjadi tema penting dalam novel ini.Â
Zenna dan Asrul sering kali berdoa dan bersyukur atas pencapaian mereka, menunjukkan bahwa keyakinan religius memberikan harapan dan ketenangan dalam hidup mereka. Penelitian oleh Pargament menyatakan bahwa spiritualitas dapat berfungsi sebagai mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan demikian, novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya hubungan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.Â
Novel ini juga menggambarkan ketergantungan karakter terhadap alam. Melalui penggambaran cuaca dan interaksi mereka dengan lingkungan sekitar, pembaca diajak untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam. Kearney menekankan bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar dan harus berinteraksi secara harmonis dengan lingkungan.Â
Dalam konteks isu lingkungan global saat ini, pesan ini menjadi semakin relevan. Di sisi lain, solidaritas dan empati antara Zenna dan Asrul mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan persahabatan yang kuat dalam budaya Indonesia.Â
Dukungan satu sama lain saat menghadapi kesulitan menunjukkan bahwa hubungan sosial yang sehat dibangun atas dasar saling membantu. Hal ini sejalan dengan teori Relasi Sosial dari Simmel, yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membentuk identitas individu.Â
Akhirnya, kontribusi karakter terhadap masyarakat menjadi aspek penting dalam novel ini. Setelah menyelesaikan pendidikan, Zenna dan Asrul berkomitmen untuk memberikan dampak positif bagi komunitas mereka.Â
Giddens menyatakan bahwa individu memiliki tanggung jawab sosial untuk berkontribusi kepada masyarakat. Novel ini mengajarkan bahwa pencapaian pribadi harus diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan sosialnya. Secara keseluruhan, "Dompet Ayah Sepatu Ibu" kaya akan nilai-nilai budaya yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan manusia.Â
Melalui analisis ini, terlihat bahwa hubungan-hubungan tersebut saling terkait dan membentuk karakter serta nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, novel ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai sumber pembelajaran tentang nilai-nilai budaya yang dapat membimbing pembaca menuju kehidupan yang lebih harmonis dan bertanggung jawab.
REFERENSI
Hafidhah, N., Wildan, & Sa'diah. (2017). Analisis Nilai Budaya Dalam Novel Lampuki Katya Nur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan BPSI, 2(17), 393--399.