Mohon tunggu...
Fadhil Abdillah
Fadhil Abdillah Mohon Tunggu... Graphic Designer, sesekali content writer. -

komentator jalanan sejak sma.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pergi, Pulang Ke Rumah

30 Januari 2016   18:14 Diperbarui: 30 Januari 2016   18:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sudah siap.

Aku sudah siap kembali, kembali lagi ke tanah yang selama lebih dari satu dekade ini belum aku injak. Tetapi tiap hari aku rindu ingin menginjaknya. 
Aku sudah siap kembali, ke sebuah bangunan berhimpit yang terletak di sela – sela gang kecil. Hasil usaha terakhir ayah membangun tempat berlindung. 
Aku sudah siap kembali, mengetuk pintu berwarna tanah itu, melihat wajah penuh doa berharap menungguku pulang. Rindu menyentuh kulit keriputnya. Melayani setiap aktivitasnya.

….

Pamit.

Kata terakhir yang aku ucapkan kepada mereka. Sepasang manusia bersahaja yang membesariku sebesar tanggung jawab. Mengerti bahwa ada saatnya aku membalas budi. Membuktikan kebahagiaan sebelum ketakutan dalam pikiranku tertambat. Pamit. Entah kapan aku kembali lagi, tanpa sepengatahuan mereka.

 
Semua kemauan kita akhirnya memutuskan untuk pergi. 

…..

Jauh pergi.

Meninggalkan ‘habitat’ demi kepercayaan dan harapan. Asing, berkompetisi mengakali diri berbekal lembaran usang. Bicara. Berbicaralah aku apa saja sebab aku ingin belajar.  Berceritalah apa saja karena aku ingin mendengar pengalaman. Berpindahlah aku dimana saja karena inilah rumahku: Jalanan.

Kita beranjak. Pergi. Dan meninggalkan rindu. 

…..

Kini aku berada dibawah langit – langit.

Yang menyaksikan aku berdoa dengan sebuah foto. Dalam pandanganku, langit – langit dan foto itu berdampingan. Foto itu tingginya sama dengan langit – langit. Sama dengan apa yang ingin kutuju. Bersinar sama dengan apa yang aku ingin. Dalam foto itu, aku dan mereka. Khayalku, mungkin detik ini langit menyaksikan ribuan pasang mata yang sama dengan teman – teman bintangnya. Berbinar – berbinar. Berbinar – binar selayaknya berharap sang pencipta kamu, langit…. Mencatat doa itu .

Bukan sebuah ‘balas dendam’, hanya keinginan kita yang pergi lalu ingin kembali.

….. 

“Sudah siap, Mas?’ tanya seseorang yang telah menyempurnakan hidupku sekarang.

“Eh, ya dhik…” jawabku

“Saatnya kembali, mas. Aku kepingin lihat ibu bapak kamu. Aku bahkan belum tahu wajah mereka, tapi aku merasa dekat.” balasnya

“ Iya, mas juga kepingin lihat ibu sama bapak, dari dulu malah. Alhamdulillah Gusti Allah mendengar doa mas. Alhamdulillah mas bisa nepatin janji hanya untuk kembali, dan sekaranglah waktunya dhik…. Membalas rindu sekarang hanya untuk cium tangan bapak sama ibu. Ayok, dik, berangkat, bismillah….

…..

Penutup

Mengambil resiko hanya untuk ibu sama bapak. Karena rasa takut ‘ditinggal’ duluan sebelum aku benar – benar bisa membahagiakannya. Mengingat setiap kulit keriputnya berarti sama saja mengingat perjuangannya dalam merawat aku tumbuh. Bersyukur dengan cara apa saja karena ibu dan bapak adalah orang nomor satu dalam membuatku senang, dibalik semua kesedihannya.  

Kini, tujuanku, kembali,  ingin membahagiakan bapak  sama ibu. Merawatnya dengan sepenuh hati. Sekeras rindu selama aku pergi tanpa kabar. Mendapatkan banyak hal yang lebih layak dibanding dengan apa yang bapak sama ibu usahakan. Berterima kasih kepada adik – adik yang bertanggung jawab, yang aku akui masih kalah dalam membahagiakan ibu, sama bapak. Aku bahagia bu, pak. Akhirnya bisa mengenalkan seseorang yang sebentar lagi jadi keluarga baru kita.

Ibu, bapak,  aku pulang ke rumah.

Dalam judul,  “Pergi,  Pulang Ke Rumah ” . Fadhil Abdillah. :)

 

tulisan kedua saya di kompasiana. dari tumblr saya: www.takeandwrite.tumblr.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun