Perempuan seringkali diposisikan sebagai anggota kedua dalam kelompok gender. Stereotip masyarakat tentang perempuan yang masih melekat adalah bahwa perempuan ditempatkan di bawah laki-laki daripada langsung di samping mereka, padahal kehadiran perempuan bukan untuk menyaingi kaum laki-laki.Â
Persepsi negatif tentang perempuan dengan ambisi yang tinggi tersebar luas di seluruh masyarakat, bahkan di komunitas intelektual sekalipun.Â
Beberapa masyarakat masih menganggap bahwa seorang perempuan harus memiliki rasa malu, penurut, dan harus menjadi seorang princess yang anggun.Â
Selain itu, masyarakat juga masih beranggapan bahwa perempuan sudah selayaknya menjadi seorang ibu rumah tangga dan menjadi seorang istri yang melayani suami.
Padahal pada fakta yang ada sudah banyak contoh inspiratif perempuan yang berhasil mengatasi stigma yang ada di masyarakat umum dan berjuang untuk menegakkan hak seorang perempuan.Â
Oleh karena itu, perempuan sudah seharusnya dibolehkan menjadi perempuan yang berambisi, cerdas, pekerja keras, mandiri dan bertenaga sekaligus menjadi sosok penggerak, karena secara realistis, perempuan juga bisa menjadi makhluk unggul yang memiliki potensi besar dan mampu mendominasi.
Masyarakat tidak melihat semua wanita dengan cara yang sama; mereka punya keyakinan tentang berbagai jenis wanita. Banyak subtipe wanita seperti ibu rumah tangga, wanita seksi, hingga wanita karir.Â
Subtipe perempuan ada dalam dua dimensi: (1) kehangatan, dan (2) kompetensi. Misalnya, perempuan tradisional, seperti ibu rumah tangga, dianggap tinggi dalam kehangatan tetapi rendah dalam kompetensi; mereka disukai, tetapi mereka juga dicirikan sebagai seseorang yang seharusnya dikasihani dan perlu diperhatikan.Â
Di sisi lain, wanita karir dianggap tinggi dalam kompetensi tetapi rendah dalam kehangatan; dia dianggap begitu cerdas tapi tidak terlalu baik, dan dia dipandang sebagai pesaing kaum laki-laki
Perempuan luar biasa yang bekerja keras dan mandiri disebut dengan istilah alpha female. Kata "Alpha" berasal dari aksara yunani yang menandakan anggota kelompok yang teratas.Â
Sebutan alpha female bermula dari dunia ilmu perilaku hewan. Alpha female adalah perempuan yang memiliki sifat percaya diri, pekerja keras, mandiri, memiliki ambisi yang sangat tinggi, berprestasi, dan disegani oleh sesama perempuan ataupun laki-laki. Alpha female memiliki konsep awal yang sederhana sebagai "wanita dominan".Â
Dalam publikasinya tahun 1939 Dominance, Personality, and Social Behavior in Women, Maslow [69] menggambarkan tentang tanda-tanda wanita dominan atau apa yang dia sebut, "kualitas dominasi".Â
Maslow [69] menyatakan bahwa dominasi tinggi wanita akan menjadi pemimpin yang hebat, meskipun tidak setiap wanita yang dominan akan menjadi pemimpin. Dia juga menggambarkan wanita dominan lebih jarang merasa malu, minder, pemalu, atau penakut dibandingkan dengan wanita yang tidak dominan.Â
Menurut Maslow [69] wanita dominan mempunyai rasa percaya diri, dan ketenangan yang lebih tinggi, lebih disukai diperlakukan seperti "orang" dan bukan seperti "perempuan".
Perempuan dominan lebih mandiri, tidak memiliki rasa rendah diri dan umumnya tidak keberatan dengan pengakuan yang menunjukkan bahwa mereka rendah diri, lemah, membutuhkan perhatian khusus dan tidak dapat mengurus diri sendiri.Â
Maslow [69] juga menyatakan bahwa wanita dominan tidak mencegahnya berperilaku seperti wanita "konvensional" atau wanita tradisional, yang merujuk pada kualitas yang dia gambarkan sebagai "non-tradisional" yang esensial.Â
Karya Maslow [69] juga menunjukkan bahwa perempuan dominan tidak hanya berperilaku dominan, akan tetapi perempuan dominan juga mengambil peran kepemimpinan di semua bidang masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H