Mohon tunggu...
fadhilaafnr
fadhilaafnr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang sangat senang sekali menulis, saya ingin gabung kompasiana agar saya bisa lebih banyak menyalurkan ide menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembaharuan Pendidikan: Menjawab Tantangan dengan Inovasi dan Kolaborasi

4 Januari 2025   16:42 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah fondasi utama dalam membangun masa depan bangsa. Namun, sistem pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan yang memerlukan solusi berkelanjutan. Dengan perubahan sosial dan teknologi yang pesat, pembaruan pendidikan bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan yang mendesak. Dalam pandangan saya, pembaruan ini tidak hanya soal kebijakan, tetapi juga tentang bagaimana setiap individu, baik pemerintah, guru, maupun masyarakat, dapat bekerja sama untuk menciptakan perubahan nyata.  

Masalah-Masalah Utama dalam Dunia Pendidikan

Di balik berbagai upaya yang telah dilakukan, beberapa isu mendasar tetap menjadi penghalang bagi terciptanya pendidikan berkualitas di Indonesia. Berikut tiga tantangan utama yang menurut saya memerlukan perhatian serius:  

1. Keterbatasan Akses Pendidikan di Daerah Terpencil

Laporan Kemendikbudristek 2023 menyebutkan bahwa sekitar 23% siswa di daerah terpencil menghadapi kesulitan dalam mengakses fasilitas pendidikan.  Banyak siswa harus berjalan puluhan kilometer untuk mencapai sekolah, dan bahkan ketika mereka tiba, fasilitas belajar masih jauh dari memadai. Melihat kondisi ini, saya sering bertanya-tanya: bagaimana mereka bisa bersaing dengan siswa yang memiliki akses pendidikan lengkap di kota-kota besar?  

2. Ketidaksesuaian Lulusan dengan Dunia Kerja  

Salah satu ironi terbesar pendidikan kita adalah lulusan yang tidak siap kerja. Berdasarkan data BPS 2023, tingkat pengangguran terbuka di kalangan lulusan perguruan tinggi mencapai 5,86%. Menurut saya, ini adalah akibat dari sistem pendidikan yang terlalu menitikberatkan pada teori dan kurang memberikan ruang bagi pengembangan keterampilan praktis. Jika kurikulum kita tidak segera diadaptasi untuk menghadapi kebutuhan industri, kita hanya akan terus mencetak pengangguran terdidik.  

3. Kompetensi Guru yang Perlu Ditingkatkan

Menurut laporan UNESCO 2023 menyebutkan bahwa hanya 42% guru di Indonesia yang merasa percaya diri dalam menggunakan teknologi. Hal ini sangat disayangkan, terutama di era digital seperti sekarang. Dalam pengalaman saya, guru yang kreatif dan mampu memanfaatkan teknologi tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga membuka wawasan siswa terhadap dunia luar.  

Kurikulum Merdeka: Langkah Awal yang Menjanjikan 

Pemerintah meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 2022 sebagai solusi atas berbagai masalah ini. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.  

Salah satu elemen kunci dari kurikulum ini adalah pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa diajak untuk mengerjakan tugas-tugas yang relevan dengan kehidupan nyata. Menurut saya, pendekatan ini sangat baik karena dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi. Data dari Pusat Penelitian Pendidikan dan Kebijakan (2023) bahkan menunjukkan bahwa partisipasi aktif siswa meningkat hingga 35% di sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka.  

Namun, saya merasa penerapan kurikulum ini masih belum merata. Dalam beberapa diskusi dengan guru, mereka mengungkapkan kesulitan dalam memahami konsep baru ini, terutama tanpa pelatihan yang memadai. Menurut saya, pelatihan intensif bagi guru harus menjadi prioritas utama agar Kurikulum Merdeka dapat berjalan efektif.  

Teknologi sebagai Kunci Transformasi Pendidikan

Teknologi adalah harapan besar bagi pembaruan pendidikan. Selama pandemi COVID-19, platform pembelajaran seperti Ruangguru, Zenius, dan Quipper telah membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi solusi di tengah keterbatasan.  

Namun, dalam pengalaman saya sebagai pengamat, teknologi saja tidak cukup. Di beberapa daerah, akses internet masih menjadi barang langka. Program digitalisasi sekolah yang dilakukan Kemendikbudristek memang patut diapresiasi, tetapi saya rasa ini baru langkah awal. Dibutuhkan infrastruktur yang lebih merata agar teknologi benar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal.  

Pendidikan Inklusif: Mewujudkan Kesetaraan 

Pendidikan inklusif adalah aspek lain yang harus menjadi perhatian. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjadi tonggak penting dalam mewujudkan pendidikan yang merangkul semua kalangan.  

Namun, sayangnya, banyak sekolah inklusi yang masih kekurangan fasilitas. Menurut saya, pemerintah harus lebih proaktif dalam memastikan semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan belajar yang setara.  

Rekomendasi untuk Pembaruan Pendidikan

Untuk menciptakan pendidikan yang relevan dan inklusif, beberapa langkah berikut dapat menjadi fokus:  

1. Pelatihan Guru yang Berkelanjutan: Guru perlu dilatih secara intensif untuk menguasai teknologi dan pendekatan pembelajaran baru.  

2. Pengembangan Infrastruktur Pendidikan Pembangunan fasilitas di daerah terpencil harus dipercepat agar kesenjangan akses dapat diatasi.  

3. Kemitraan dengan Sektor Swasta: Kolaborasi dengan perusahaan teknologi dapat membantu menyediakan perangkat belajar dan pelatihan guru.  

4. Evaluasi dan Penyesuaian Rutin: Kebijakan pendidikan, termasuk Kurikulum Merdeka, harus terus dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya.  

Sumber: 

1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), 2023  

2. Badan Pusat Statistik (BPS), 2023  

3. Pusat Penelitian Pendidikan dan Kebijakan, 2023  

4. UNESCO, Laporan Pendidikan Global, 2023  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun