Mohon tunggu...
Fadhiil Arjuna Putra
Fadhiil Arjuna Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030048 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ngapak People

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Kebahagiaan Tidak Bertahan Lama?

8 Juni 2024   09:52 Diperbarui: 8 Juni 2024   09:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: nationalgeographic.grid.id

"Rahasia kebahagiaan tidak ditemukan ketika kita mencari sesuatu lebih banyak, tetapi dalam mengembangkan kemampuan untuk menikmati yang lebih sedikit."

Kutipan dari Socrates tersebut memiliki makna, yaitu kebahagiaan tidak datang dari penghargaan di luar diri. Kebahagiaan datang dari dalam diri. Misal dengan mengurangi keinginan kita, sehingga kita bisa belajar menghargai kesenangan yang lebih sederhana.

Kita semua pernah merasakan kesedihan, kecemasan, kekhawatiran, patah hati, sakit hati, dan kekecewaan. Emosi negatif adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, seberapa lama kita membutuhkan waktu untuk pulih dari emosi negatif ini? Bisa satu hari, satu bulan, satu tahun, atau bahkan lebih lama. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi individu masing-masing.

Sebaliknya, kebahagiaan cenderung bersifat sementara. Saat kita merasa bahagia, kebahagiaan itu bisa hilang dengan cepat. Misalnya, ketika mendapatkan nilai tinggi di sekolah, diterima bekerja, atau sukses dalam usaha, kita merasakan kebahagiaan yang besar. Namun, apakah kebahagiaan itu bertahan lama? Seringkali, kebahagiaan cepat memudar dan kita perlu mencari kebahagiaan yang baru.

Stoikisme dan Kebahagiaan

Stoikisme, sebuah filosofi kuno, mengajarkan kita tentang kebahagiaan dan bagaimana menghadapinya. Filosofi ini menyatakan bahwa kebahagiaan bersifat sementara dan tidak ada dalam cetak biru biologis kita. Dalam otak kita, ada dua sirkuit utama: neurologis dan intelektual. Kebahagiaan, menurut stoikisme, bukanlah bagian intrinsik dari sirkuit tersebut. Kebahagiaan adalah rekayasa neurologis yang diciptakan manusia, sedangkan kesedihan memiliki siklus khusus dalam sirkuit otak kita, masuk ke dalam memori dan emosi kita, sehingga lebih bertahan lama.

Mengapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama?

Kesedihan bertahan lebih lama karena otak kita memang dirancang untuk merasakan dan mengingat kesedihan lebih jelas daripada kebahagiaan. Ini adalah hasil dari evolusi yang membuat kita lebih waspada dan mampu bertahan hidup. Pengalaman negatif cenderung lebih berkesan karena mereka membantu kita belajar dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah. Sebagai contoh, ketika kita ditolak dalam cinta, rasa sakit yang kita rasakan bisa bertahan lebih lama daripada rasa bahagia saat kita diterima.

Adaptasi Hedonik

Fenomena adaptasi hedonik menjelaskan mengapa kebahagiaan tidak bertahan lama. Adaptasi hedonik adalah kemampuan kita untuk beradaptasi dengan situasi baru dan merasa bosan dengan kebahagiaan yang kita rasakan. Saat kita mencapai sesuatu yang membuat kita bahagia, seperti membeli barang baru atau mencapai tujuan tertentu, kebahagiaan itu hanya sementara. Seiring waktu, kita terbiasa dengan keadaan tersebut dan kebahagiaan itu memudar. Kita lalu mencari hal baru untuk mendapatkan kembali rasa bahagia itu, dan siklus ini terus berulang.

Makna Kebahagiaan Bagi Seorang Muslim

Dalam pandangan Islam, kebahagiaan duniawi adalah sesuatu yang sementara dan tidak abadi. Kehidupan dunia ini adalah ujian yang penuh dengan cobaan dan tantangan. Kebahagiaan yang sejati dan abadi hanya bisa ditemukan di akhirat dengan mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan bersabar serta bersyukur dalam menghadapi ujian kehidupan. Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk selalu fokus pada tujuan akhir hidupnya, yaitu meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah sementara dan akan berakhir. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini mengingatkan umat Muslim bahwa kebahagiaan duniawi adalah sesuatu yang sementara dan tidak abadi. Kehidupan dunia ini adalah ujian yang penuh dengan cobaan dan tantangan. Kebahagiaan yang sejati dan abadi hanya bisa ditemukan di akhirat dengan mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan bersabar serta bersyukur dalam menghadapi ujian kehidupan. Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk selalu fokus pada tujuan akhir hidupnya, yaitu meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Menurut ajaran Islam, kebahagiaan dan kesedihan di dunia adalah bagian dari ujian Allah SWT. Ujian ini dimaksudkan untuk menguji keimanan dan kesabaran manusia. Allah SWT berfirman:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)

Cobaan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan duniawi tidak selalu abadi, karena manusia akan terus mengalami berbagai ujian sepanjang hidupnya.

Strategi untuk Mempertahankan Kebahagiaan

Meskipun kebahagiaan cenderung sementara, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mempertahankannya lebih lama:

1. Menghargai Hal-Hal Kecil: Fokus pada kebahagiaan dari momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti menikmati matahari terbenam atau senyum dari orang di sekitar kita.

2. Menerima Diri Sendiri: Mencintai diri sendiri dan merasa nyaman dengan diri kita membantu menciptakan pandangan positif terhadap hidup.

3. Menjaga Kesehatan: Kesehatan fisik dan mental yang baik adalah dasar penting untuk kebahagiaan. Makan makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup adalah elemen kunci.

4. Membangun Hubungan Positif: Hubungan yang mendukung dan sehat dengan orang-orang di sekitar kita dapat meningkatkan kebahagiaan kita.

5. Bersyukur dan Bersabar: Mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah dan bersabar dalam menghadapi ujian adalah kunci untuk meraih kebahagiaan.

Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim 14: 7, 

"Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu."

6. Menghindari Perbandingan: Fokus pada perkembangan pribadi dan tidak terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain membantu kita merasa lebih puas dan bahagia.

Kebahagiaan memang tidak bertahan lama secara alami karena kehidupan penuh dengan tantangan dan perubahan. Namun, dengan kesadaran dan usaha yang konsisten, kita bisa mempertahankan rasa bahagia dalam hidup kita. Ingatlah bahwa kebahagiaan bukan tentang mengejar perasaan euforia yang terus-menerus, tetapi tentang menikmati momen-momen kecil dan merasa damai dengan diri sendiri. Stoikisme mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri dan bukan dari hal-hal eksternal. Jadi, fokuslah pada diri sendiri, hargai momen-momen kecil, dan nikmati setiap kebahagiaan yang datang dalam hidupmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun