Menurut Laura Mulvey (dalam Flanagan, 2012), Slow Cinema bertujuan untuk menemukan cara alternative untuk menanggapi dunia dengan pendekatan “cinema of record, observation and delay,” yaitu sebuah metode observasional yang memberikan informasi dari apa yang diobservasi oleh kamera daripada cara naratif. Kekosongan naratif yang muncul karena pengurangan aksi (decline of action) kemudian digantikan dengan gambar landscape yang kosong atau shot berdurasi panjang yang memberikan kehadiran dari elemen waktu pada film.
Sebagian kritikus menyindir Slow Cinema dengan istilah “slow” yang artinya “lamabat” untuk menyindir film tersebut karena dianggap membosankan dan bertentangan dengan tujuan dari sinema, yaitu menghibur. Sebagian juga menyanjung Slow Cinema dengan menyebutnya “contemporary contemplative cinema” atau sinema kontemplatif temporer, sebagai sebuah cara alternatif dalam membuat film yang menawarkan gaya dan perspektif baru dalam bercerita kepada penonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H