Mohon tunggu...
Fadhel Fikri
Fadhel Fikri Mohon Tunggu... Penulis - Co-Founder Sophia Institute.

Co-Founder Sophia Institute Palu, serta pegiat filsafat dan sains.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Indonesia Miskin?

9 Juli 2019   10:59 Diperbarui: 4 Januari 2021   19:33 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersangka koruptor tiba-tiba menggunakan jilbab, ketika disidang. Ayat-ayat agama digunakan untuk menindas dan merugikan orang lain. Orang tergila-gila dengan merk asing, walaupun harganya sangat tidak masuk akal, dan mutunya biasa-biasa saja. Orang rela jadi budak asing, supaya dapat uang receh, suap ataupun cipratan hasil korupsi. 

Kerancuan tata nilai tersebut menciptakan kebingungan di banyak bidang, termasuk lembaga lembaga publik kita. Tekanan suap dari pihak asing dan dominasi budaya yang dipenuhi kemunafikan membuat beragam lembaga publik kita tersendat. Tak heran, kita tetap "miskin", walaupun sebenarnya kita kaya, amat sangat kaya. Kemiskinan akut di tengah "surga" dengan kekayaan melimpah bernama Indonesia, ironis bukan? 

Mengapa Kita "Miskin"? 

Sebagai bangsa, kita tetap "miskin", karena lembaga publik kita tidak memiliki mentalitas dan budaya yang cocok untuk melayani rakyatnya. Kita juga hidup dalam bayang bayang asing, baik dalam tingkat politik, ekonomi maupun tata nilai (Barat dan Timur Tengah). Secara kualitatif, mutu berpikir dan kemauan bekerja orang Indonesia setara dengan beragam negara lainnya, bahkan mungkin lebih baik dalam banyak hal. Jika kita bisa "memaksa" lembaga publik kita untuk menjalankan fungsinya sebaik mungkin, dan bersikap kritis terhadap beragam pengaruh asing yang masuk, maka jalan menuju keadilan dan kemakmuran bersama di Indonesia terbuka luas. 

Tunggu apa lagi? 

Sumber : buku Tentang Manusia

Karya : Reza A.A Wattimena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun