Poligami adalah praktik di mana seseorang memiliki lebih dari satu pasangan dalam ikatan pernikahan pada waktu yang bersamaan. Dalam konteks hukum dan sosial, poligami sering kali merujuk pada seorang pria yang menikahi lebih dari satu wanita, meskipun ada juga bentuk lain seperti poliandri, di mana seorang wanita memiliki lebih dari satu suami.
 Praktik Poligami di Berbagai Budaya dan Agama
Poligami memiliki sejarah panjang dan dipraktikkan dalam berbagai budaya dan agama. Beberapa contoh praktik poligami di dunia meliputi:
1. Islam: Dalam Islam, poligami diizinkan dengan syarat seorang pria dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Al-Qur'an dalam Surah An-Nisa ayat 3 menyatakan bahwa pria diperbolehkan menikahi hingga empat wanita, asalkan ia mampu memperlakukan mereka dengan adil.
2. Masyarakat Afrika: Banyak masyarakat tradisional di Afrika yang mempraktikkan poligami sebagai bagian dari budaya mereka. Hal ini sering kali terkait dengan status sosial dan ekonomi.
3. Mormonisme : Kelompok-kelompok tertentu dalam gerakan Mormonisme, seperti Fundamentalist Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (FLDS), juga mempraktikkan poligami berdasarkan interpretasi mereka terhadap ajaran agama.
Penalaran Hukum tentang Poligami
Hukum poligami bervariasi secara signifikan di seluruh dunia, tergantung pada kerangka hukum dan nilai-nilai budaya yang berlaku di suatu negara. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana hukum mengatur poligami:
1. Indonesia : Di Indonesia, poligami diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam undang-undang ini, poligami diperbolehkan tetapi dengan syarat-syarat ketat, seperti adanya izin dari istri pertama dan persetujuan dari pengadilan. Selain itu, calon suami juga harus dapat membuktikan bahwa ia mampu bersikap adil terhadap istri-istrinya.
2. Arab Saudi dan Negara-Negara Timur Tengah : Beberapa negara seperti Arab Saudi memperbolehkan poligami tanpa batasan jumlah, sesuai dengan syariat Islam, namun tetap dengan syarat keadilan dan kemampuan ekonomi dari suami.
3. Barat : Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa melarang poligami. Di negara-negara ini, praktik poligami dianggap sebagai pelanggaran hukum dan dapat dikenakan sanksi pidana.
 Penalaran Hukum Poligami dalam Perspektif Fiqh Islam
Dalam fiqh Islam, poligami diizinkan tetapi tidak diwajibkan. Ulama sepakat bahwa poligami harus didasarkan pada prinsip keadilan. Al-Qur'an menyebutkan dalam Surah An-Nisa ayat 3 bahwa jika seorang pria khawatir tidak bisa berlaku adil, maka ia harus menikah dengan satu wanita saja.
Keadilan yang dimaksud mencakup keadilan dalam hal pemenuhan kebutuhan materi, kasih sayang, perhatian, dan waktu. Jika seorang pria merasa tidak mampu memenuhi syarat-syarat ini, maka ia dianjurkan untuk tidak berpoligami. Oleh karena itu, poligami dalam Islam bukanlah hak yang tak terbatas, melainkan diatur dengan ketat untuk melindungi hak-hak wanita dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Penutup
Poligami adalah topik yang kompleks dan kontroversial yang mencakup aspek-aspek budaya, agama, dan hukum. Sementara poligami dapat diterima dan diatur secara berbeda di berbagai negara dan budaya, inti dari pengaturan hukum dan syariat agama adalah untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan demikian, penalaran hukum mengenai poligami harus selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan hak asasi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H