"Suatu pemerintahan yang hanya melindungi bisnis, akan segera jatuh oleh korupsi dan kebusukan sendiri." (Amos B. Alcott, Filusuf US). Kalimat tersebut disampaikan Karni Ilyas di Twitter-nya.
Kemudian, saya mendapatkan postingan berikut di facebook Ben Adam dimana dicantumkan penulisnya adalah Karni Ilyas:
"Saya tidak anti Ahok. Juga tidak masalah dia menambah kekayaan semua taipan yang dia senang. Tapi saya terusik melihat perlakuannya kepada orang miskin.
Saya tdk bisa bayangkan penduduk Luar Batang, Pasar Ikan yg sudah empat generasi di lokasi itu digusur dari rumah dan tanah kelahiran mereka dan tempat mereka mencari nafkah.
Saya terusik ketika mendengar wejangan Menteri Susi bahwa 22 juta penduduk DKI yg lahir di negara berpantai terpanjang di dunia, di masa depan tidak punya tempat 1 meter pun dari berkilo-kilo meter pantai Jakarta hanya untuk memandang laut dg gratis.
Mereka baru bisa melihat laut kalau membeli apartemen, rumah mewah, atau menyewa hotel dari para taipan yg dapat izin reklamasi dari Ahok, yang jumlahnya nggak lebih dari 10 orang.
Kenapa saya terusik.
Karena saya bisa merasakan perasaan mereka. Karena saya pernah sangat miskin."
*****
Pemerintahan Ahok melindungi pebisnis, bukan rakyat, mungkin itulah yang ingin disampaikan wartawan senior alumni Majalah Tempo itu dalam dua postingannya di atas. Nasehat, pengingat, sekaligus kritikan!
Pendapat Bang One tersebut tidak salah, cuma bisa diserang balik: kenapa Bang Karni sibuk mengritisi Ahok dan para Taipan, sementara Taipan Abu Rizal Bakrie ndak pernah dikritisi?