Perkembangan Tempo pascabredel sangat progress. Oplah mencapai sekira 60 ribu eksemplar tiap kali terbit, mengalahkan majalah pesaing: Gatra, Forum, Panji Masyarakat, dan Gamma. Begitu pula dari sisi iklan, Tempo maraih 41% porsi iklan dibandingkan para pesaingnya tersebut. Persentase tersebut meningkat pada tahun 2000 menjadi 50% dan pada tahun 2005 menjadi 70%.
Perkembangan yang luar biasa tersebut membuat manajemen menerbitkan Tempo dalam edisi Inggris bernama Tempo Magazine pada 12 September 2000. Edisi Inggris ini terbit tiap minggu, dua hari setelah edisi Indonesia terbit. Oplahnya lumayan, laku sekira 7 ribu eksemplar di edisi perdananya. Intinya, Tempo kini bisa dibeli di luar negeri dan dibaca oleh orang asing.
Tempo Go Public
Pada 6 Nopember 2000, Tempo menjadi media pertama yang masuk bursa saham (go public). Nama PT Arsa Raya Perdana diganti menjadi PT Tempo Media Inti supaya mudah dikenali. Pada penawaran perdananya, Tempo menawarkan 200 juta saham dan 100 juta warran guna maraup dana segar Rp 75 milliar.
Dana segar tersebut 60% akan digunakan untuk mendirikan Koran Tempo, 25% untuk pelunasan utang anak perusahaan, dan 15% untuk penambahan modal kerja. Kalau semuanya berjalan lancar, Tempo juga berambisi untuk mendirikan radio, televisi, dan kantor berita. Setelah go public, komposisi kepemilikan saham di Tempo berubah: PT Grafiti Pers: 16,6%, Yayasan Jaya Raya: 24,8%, Yayasan 21 Juni 1994: 24,8%, Yayasan Karyawan Tempo: 16,6%, dan publik: 17,2%.
Pada 2 April 2001, ketika umur Tempo menginjak 30 tahun, diterbitkanlah Koran Tempo. Kehadiran Koran Tempo bertujuan untuk mengembalikan prinsip-prinsip jurnalistik harian yang terabaikan: cepat, lugas, tajam, dan ringkas. Nama Tempo sengaja digunakan pada Koran Tempo untuk meraih pangsa pasar. Koran Tempo berusaha meraih pembaca yang masih terbuka lebar, bersaing dengan Kompas, Republika, dan Media Indonesia. Hasilnya luar biasa, di Jakarta, Koran Tempo berhasil menjadi peringkat kedua di bawah Kompas.
Tempo News Room dan Tempo TV
Dengan adanya Tempo, Koran Tempo, dan Tempo Interaktif, manajemen Tempo kemudian mendirikan Tempo News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita ketiga media tersebut. Fungsinya: penghematan sumber daya manusia. Diharapkan, melalui TNR, satu orang wartawan bisa memberikan kontribusi berita untuk tiga media sekaligus.
Keberadaan TNR ditentang sebagian wartawan. Mereka merasa dirugikan secara hitungan gaji karena berita mereka dimuat di tiga media sementara gaji mereka hanya satu kali. Mereka berpikir seharusnya mereka digaji tiga kali. Masalah ini masih menjadi perdebatan di pihak manajemen Tempo.
Setelah Koran Tempo sukses di pasaran, Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV, kerja sama dengan kantor berita radio KBR68H. Semangat Tempo TV adalah ingin menampilkan tayangan televisi yang berkualitas dan mencerahkan, "sebab informasi bukan hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan," kata Goenawan. Kini, Tempo TV telah memberikan kontribusi program di sekira 27 TV lokal di seluruh Indonesia.
Tempo dan Tommy Winata