Ku mulai berkendara dengan santai sembari berdoa agar ditemukan pom bensin terdekat. Aku memang meminta agar dipertemukan karena butuh. Ah, dia memang bukan teman, tetapi juga bukan musuh. Aku datang karena butuh, dia juga memberi pertolongan dengan meminta uang.
      Kepalaku mengeluarkan keringat. Malam itu tidak lagi hujan, tetapi pori-poriku mengeluarkan air karena ketakutan.
      Di sela-sela ketakutanku, tibalah di kiri jalan ada pom bensin. Aku membelinya dengan uang di dompet, sepuluh ribu. Setelah itu diriku menuju masjid pom untuk sujud syukur. Ku tak menyangka, doaku terijabah secepat itu.
      Sehabis bensin di motor supraku penuh, aku melanjutkan perjalananku dengan tawa bercampur sedih. Memang, tadi merasa resah. Tetapi sekarang sudah bahagia karena pertolongan-NYA. Akhirnya, bensin yang sudah ku beli dapat mengantarkanku ke bangunan yang ku nanti, bangunan yang menurutku indah, tempat yang memiliki kedamaian, yaitu rumahku.