Mohon tunggu...
Fachrizal Fazza Ashari
Fachrizal Fazza Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika semester 5 yang sedang mendalami dunia pengembangan aplikasi dan AI. Berminat dalam membangun sistem yang efisien dan handal, serta terus belajar teknologi-teknologi terbaru dalam bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sistem Informasi: Pilar Utama Transformasi Keberlanjutan di Masyarakat

16 September 2024   09:18 Diperbarui: 16 September 2024   09:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Sistem Informasi (Sumber: freepik.com)

Sistem Informasi: Pilar Utama Transformasi Keberlanjutan di Masyarakat

Sistem informasi (IS) telah menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung berbagai sektor industri, termasuk di bidang keberlanjutan. Artikel berjudul Information Systems and Sustainable Development: From Conceptual Underpinnings to Empirical Insights oleh Tan dan Nielsen (2024), memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya IS dalam mencapai tujuan keberlanjutan, baik dari perspektif teori maupun aplikasi praktis. 

Dalam dekade terakhir, isu keberlanjutan semakin menjadi prioritas global, dengan adanya target ambisius seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2015, yang direncanakan tercapai pada 2030. Namun, artikel ini menggarisbawahi adanya kesenjangan besar antara teori IS yang banyak dikembangkan dan bukti empiris tentang implementasi praktis IS untuk keberlanjutan.

Seperti yang dikutip dari Tan dan Nielsen (2024), meskipun komunitas global IS telah menunjukkan peningkatan dalam penelitian konseptual tentang peran IS dalam keberlanjutan, kontribusi nyata masih "marginal", dengan sedikit sekali penelitian empiris yang dilakukan (Tan & Nielsen, 2024). 

Sebagai contoh, pada tahun 2022, hanya sekitar 15% dari makalah penelitian IS yang berfokus pada aspek-aspek keberlanjutan, dengan sebagian besar bersifat teoretis (Kranz et al., 2022). Ini menunjukkan bahwa komunitas akademik masih perlu mempercepat penelitian berbasis bukti di lapangan. 

Artikel ini menyoroti bagaimana teknologi seperti Artificial Intelligence dan Internet of Things (IoT) dapat diintegrasikan dengan model bisnis berkelanjutan, tetapi tanpa studi empiris yang memadai, manfaat jangka panjang dari teknologi ini tidak akan terwujud secara efektif.

Oleh karena itu, penting untuk mempertanyakan apakah penelitian di bidang IS benar-benar telah memberikan kontribusi signifikan dalam memecahkan masalah-masalah mendesak seperti perubahan iklim dan degradasi lingkungan, atau apakah kita masih terjebak dalam pengembangan konsep tanpa realisasi yang memadai.

Salah satu tema utama yang diangkat oleh Tan dan Nielsen (2024) dalam artikel ini adalah pentingnya mengisi kesenjangan antara teori dan praktik dalam bidang sistem informasi (IS) untuk keberlanjutan. Meskipun banyak model dan konsep teoretis yang telah diusulkan, penelitian empiris yang membuktikan efektivitas IS dalam konteks keberlanjutan masih sangat terbatas. 

Hal ini menjadi sorotan utama, karena tanpa bukti empiris yang kuat, kontribusi IS terhadap pencapaian target seperti pengurangan emisi karbon atau efisiensi energi akan sulit diukur. Berdasarkan data, hanya sekitar 20% penelitian yang diterbitkan antara 2020 dan 2023 yang memfokuskan pada aplikasi empiris IS untuk keberlanjutan (Li et al., 2023). Angka ini jelas menunjukkan bahwa masih ada ruang yang besar untuk penelitian berbasis bukti.

Sebagai contoh, salah satu studi yang dirangkum dalam artikel ini membahas implementasi model bisnis berkelanjutan berbasis teknologi digital yang dilakukan oleh Bttcher et al. (2024). Studi tersebut mengidentifikasi penggunaan teknologi digital, seperti Artificial Intelligence, untuk mengintegrasikan nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan ke dalam inti operasional bisnis. 

Studi ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa IS dapat membantu perusahaan meraih keberlanjutan, namun sayangnya, penelitian seperti ini masih langka. Hal ini menjadi bukti empiris penting bahwa penerapan IS dapat menciptakan dampak signifikan, namun perlu lebih banyak studi yang sejenis untuk memperkuat hasil tersebut.

Selain itu, contoh studi lain yang dipaparkan oleh Tan dan Nielsen (2024) adalah mengenai penerapan sistem informasi di komunitas Feldheim, sebuah desa di Jerman yang berhasil mencapai kemandirian energi melalui penggunaan IS. Studi yang dilakukan oleh Xu et al. (2024) menunjukkan bagaimana IS membantu komunitas lokal dalam mengelola energi secara efisien dan mandiri. Ini adalah salah satu dari sedikit contoh bagaimana IS dapat diterapkan dalam konteks masyarakat untuk tujuan keberlanjutan, menawarkan model yang dapat direplikasi di tempat lain.

Studi-studi tersebut juga menekankan pentingnya faktor-faktor seperti partisipasi komunitas dan pengambilan keputusan berbasis data, yang keduanya merupakan elemen kunci dalam keberhasilan proyek-proyek keberlanjutan. Dalam studi mengenai konsumsi energi yang dilakukan oleh Wendt et al. (2024), penggunaan meteran pintar dan informasi real-time mengenai konsumsi energi berhasil mengurangi penggunaan energi sebesar 15% dalam sebuah eksperimen. Ini menyoroti betapa pentingnya teknologi IS dalam mengubah perilaku konsumen menuju keberlanjutan.

Namun, terlepas dari beberapa studi yang menunjukkan hasil positif, masih terdapat tantangan signifikan dalam memperluas aplikasi empiris ini. Kesulitan dalam mengukur dampak langsung dari IS terhadap keberlanjutan sering kali menjadi hambatan utama, terutama ketika berbicara tentang skala global dan sektor-sektor yang berbeda. Oleh karena itu, upaya untuk memperbanyak penelitian empiris di berbagai sektor sangat penting untuk mendorong transformasi keberlanjutan yang lebih luas dan terukur.

Dalam kesimpulannya, artikel oleh Tan dan Nielsen (2024) menekankan bahwa meskipun ada kemajuan signifikan dalam teori sistem informasi (IS) dan keberlanjutan, masih banyak yang perlu dilakukan dalam hal penerapan praktis. Studi empiris yang menunjukkan dampak nyata IS pada keberlanjutan masih sangat terbatas, dan ini merupakan tantangan besar bagi para peneliti dan praktisi. Tan dan Nielsen (2024) menyerukan lebih banyak penelitian yang berfokus pada aplikasi nyata IS untuk tujuan keberlanjutan, serta kolaborasi antara akademisi, bisnis, dan pembuat kebijakan untuk mendorong penerapan teknologi yang lebih luas dan berdampak.

Implikasinya jelas: tanpa dukungan empiris yang memadai, kontribusi IS terhadap keberlanjutan akan tetap bersifat konseptual dan sulit diukur. Oleh karena itu, penting bagi komunitas IS untuk mempercepat transisi dari pengembangan model teoretis ke penelitian berbasis bukti yang dapat diimplementasikan secara luas. Hanya dengan cara ini, sistem informasi dapat berperan lebih signifikan dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis lingkungan.

Referensi

Tan, B., & Nielsen, P. (2024). Information systems and sustainable development: From conceptual underpinnings to empirical insights. Information Systems Journal, 34(3), 1--3. https://doi.org/10.1111/isj.12543

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun