Fenomena ini menciptakan jarak sosial antara digital nomad dan komunitas lokal, yang dapat menimbulkan ketegangan dan perasaan eksklusi di kalangan penduduk asli. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa digital nomad membawa pengaruh budaya Barat yang kuat, yang dapat mengikis nilai-nilai dan tradisi lokal.
Jiwasiddi et al. (2024) mencatat bahwa pemerintah lokal di Chiang Mai mulai menyadari tantangan ini dan berusaha untuk menyesuaikan kebijakan mereka. Salah satu langkah yang diambil adalah mempertimbangkan pengenalan visa khusus untuk digital nomad yang dapat memberikan kepastian hukum bagi mereka dan juga mengontrol dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa meskipun digital nomadisme membawa banyak manfaat, perlu ada regulasi yang tepat untuk memastikan bahwa manfaat ini dapat dirasakan oleh semua pihak, termasuk komunitas lokal yang menjadi tuan rumah.
Melihat keseluruhan fenomena ini, jelas bahwa digital nomadisme merupakan fenomena kompleks yang membutuhkan pendekatan holistik. Tidak cukup hanya melihat manfaat ekonomi; dampak sosial dan budaya juga harus diperhitungkan untuk menciptakan ekosistem yang lebih seimbang dan berkelanjutan di destinasi-destinasi yang populer di kalangan digital nomad.
Dalam era globalisasi dan digitalisasi, digital nomadisme muncul sebagai fenomena yang mengubah wajah ekonomi dan masyarakat di banyak destinasi, termasuk Chiang Mai. Seperti yang diuraikan dalam penelitian Jiwasiddi et al. (2024), meskipun digital nomadisme memberikan dorongan ekonomi yang signifikan, dampak sosial-budaya yang dihasilkan tidak dapat diabaikan. Kehadiran digital nomad, dengan segala manfaat dan tantangannya, menuntut adanya regulasi dan kebijakan yang seimbang untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi tidak terjadi dengan mengorbankan kesejahteraan komunitas lokal.
Dalam mengelola dampak digital nomadisme, pemerintah lokal di Chiang Mai dan destinasi lainnya perlu mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, yang mencakup perlindungan terhadap nilai-nilai budaya lokal, pengelolaan harga properti yang adil, dan penciptaan peluang integrasi yang lebih baik antara digital nomad dan komunitas lokal. Hanya dengan pendekatan seperti ini, digital nomadisme dapat benar-benar menjadi kekuatan positif yang berkelanjutan bagi ekonomi global dan komunitas lokal yang terlibat.
Dengan demikian, studi ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan berbagai aspek dari kehadiran digital nomad di suatu komunitas, dan bahwa kesuksesan jangka panjang dari fenomena ini akan sangat bergantung pada bagaimana komunitas global dan lokal bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan seimbang.
Referensi
Jiwasiddi, A., Schlagwein, D., Cahalane, M., Cecez-Kecmanovic, D., Leong, C., & Ractham, P. (2024). Digital nomadism as a new part of the visitor economy: The case of the "digital nomad capital" Chiang Mai, Thailand. Information Systems Journal, 34(5), 1493-1535. https://doi.org/10.1111/isj.12496
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H