Mohon tunggu...
Fachrizal Fazza Ashari
Fachrizal Fazza Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika semester 5 yang sedang mendalami dunia pengembangan aplikasi dan AI. Berminat dalam membangun sistem yang efisien dan handal, serta terus belajar teknologi-teknologi terbaru dalam bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Digital Nomadisme: Fenomena Global dengan Dampak Lokal yang beragam

3 September 2024   22:14 Diperbarui: 3 September 2024   22:24 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Digital (Sumber: pexels.com)

Digital Nomadisme: Fenomena Global dengan Dampak Lokal yang Beragam

Digital nomadisme telah menjadi fenomena global yang tidak hanya memengaruhi cara kerja individu tetapi juga mengubah lanskap ekonomi di berbagai destinasi populer seperti Chiang Mai, Thailand. Dalam artikel yang ditulis oleh Jiwasiddi, A., Schlagwein, D., Cahalane, M., Cecez-Kecmanovic, D., Leong, C., & Ractham, P. (2024)  yang berjudul "Digital Nomadism as a New Part of the Visitor Economy: The Case of the 'Digital Nomad Capital' Chiang Mai, Thailand", para peneliti mengeksplorasi dampak digital nomadisme dari perspektif komunitas lokal. 

Artikel ini menyoroti bahwa di Chiang Mai, sekitar 20.000 digital nomad hadir pada satu waktu sebelum pandemi COVID-19, menjadikan kota ini sebagai pusat utama bagi para pekerja digital global. Dengan jumlah yang signifikan ini, dampak yang dihasilkan terhadap ekonomi lokal sangatlah besar, terutama di sektor-sektor seperti perumahan, coworking space, dan layanan pendukung lainnya.

Digital nomadisme memungkinkan individu bekerja dari mana saja dengan memanfaatkan teknologi digital, yang secara fundamental mengubah cara orang memandang pekerjaan dan gaya hidup. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh artikel ini, kehadiran digital nomad tidak selalu diterima dengan baik oleh semua pihak. 

Meskipun mereka memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, kehadiran mereka juga membawa tantangan sosial-budaya yang tidak dapat diabaikan. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya memahami perspektif lokal untuk menciptakan kebijakan yang dapat menyeimbangkan manfaat ekonomi dengan dampak sosial.

Pendahuluan ini menyoroti bahwa untuk benar-benar memahami fenomena digital nomadisme, kita perlu melihat lebih dalam dari sekadar angka ekonomi. Dampak sosial dan budaya juga harus dipertimbangkan, terutama di komunitas-komunitas yang menjadi tuan rumah bagi para digital nomad. Studi oleh Jiwasiddi et al. ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana digital nomadisme dapat menjadi pedang bermata dua bagi destinasi seperti Chiang Mai.

Dampak ekonomi dari digital nomadisme di Chiang Mai, seperti yang diuraikan oleh Jiwasiddi et al. (2024), cukup signifikan. Digital nomad tidak hanya menghabiskan uang untuk kebutuhan dasar seperti akomodasi dan makanan tetapi juga menciptakan permintaan untuk fasilitas khusus seperti coworking dan coliving spaces. 

Pada tahun 2019, sebelum pandemi, tercatat lebih dari 50% digital nomad di Chiang Mai memilih tinggal di coliving spaces yang secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bekerja secara remote. Kehadiran mereka juga mendorong munculnya bisnis baru yang menyediakan layanan mulai dari ruang kerja bersama hingga acara networking, yang semuanya berkontribusi terhadap ekonomi lokal.

Namun, dampak ekonomi ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah meningkatnya harga properti dan biaya hidup di Chiang Mai, yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari digital nomad. Banyak penduduk lokal yang merasa tertekan oleh kenaikan harga ini, yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gentrifikasi di beberapa area kota. 

Selain itu, ketergantungan pada segmen ekonomi yang bergantung pada digital nomad membuat ekonomi lokal rentan terhadap perubahan tren global dan kebijakan imigrasi. Misalnya, ketika pandemi COVID-19 melanda, jumlah digital nomad di Chiang Mai menurun drastis, menyebabkan banyak bisnis yang tergantung pada mereka mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.

Dari perspektif sosial-budaya, digital nomad sering kali dipandang sebagai "tamu asing" yang terpisah dari komunitas lokal. Meskipun beberapa dari mereka berusaha untuk berintegrasi dengan budaya lokal, banyak yang tetap berada dalam lingkaran sosial mereka sendiri, berinteraksi lebih banyak dengan sesama digital nomad daripada dengan penduduk setempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun