Julian mencium tangan Bu Ida, Julian berpamit. “Julian Pulang dulu, ya Bu”
Julian menuntun sepedanya di sepanjang jalan sembari menikmati suasana sore hari. Amplop putih yang berada di tangan kirinya membuat laki-laki itu senyum-senyum sendiri.
Hari di mana Gita berulang tahun pun tiba pada hari ini. Amplop putih yang tempo hari dari Bu Ida sebagai upahnya bekerja seharian, rupanya berisi lima lembar uang kertas yang masing-masing nominalnya adalah seratus ribu rupiah. Julian sebisa mungkin untuk menggunakan uang tersebut secara bijak.
Pulang sekolah hari ini, Julian bekerja di toko Bu Ida sebentar, kemudian bergegas mencari kue serta hadiah untuk Gita. Kebetulan, di seberang toko Bu Ida ada toko kue. Kata Bu Ida, kue yang dijual di sana terbilang cukup terjangkau tapi rasanya enak. Jadi, Julian tanpa ragu membeli kue dengan lapisan krim strawberry. Julian juga tak lupa membeli satu lilin ulang tahun berukuran kecil yang nantinya akan ia tancapkan di atas kue.
Usai membeli kue, Julian kembali mengayuh sepedanya pelan-pelan. Lalu Ia berkata "Kira-kira ada yang menjual sepatu dengan harga murah tidak, ya?"
Tiba-tiba, saat perjalanan menuju rumah. Di tepi jalan terdapat kerumunan orang
Ayo-ayo sepatu murah, sepatu murah! Harga di bawah seratus ribu saja! Mari-mari!
Mendengar suara itu. Ia pun mendekat ke sumber suara. Banyak orang yang bergerombol sehingga ia harus mengeluarkan tenaga untuk berusaha menerobos supaya ia juga dapat melihat-lihat sepatunya
Julian melihat sepasang sepatu yang bahannya bagus. Ia mengangkat sepatu itu kemudian mengamati tiap sudut isi sepatu dan membaca label yang tergantung di sana. Ukuran 37. Pas sekali dengan kaki Gita.
“Mas-Mas, yang ini berapa, ya?” tanya Julian kepada penjual.
“Oh, yang itu seratus ribu pas Dek.”