Mohon tunggu...
Fachri R.A.
Fachri R.A. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Hobby saya menulis, menggambar sesuatu, dan mencari tahu sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

APA JATI DIRI KITA SEBAGAI SEBUAH BANGSA?

2 April 2024   22:57 Diperbarui: 2 April 2024   22:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nah, itu secara biologis.If you imagine, kita akan bahagia seumur hidup. Apa yang akan terjadi pada kita dan peradaban yang kita diduduki? Kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi. Apa kemungkinan itu? Kita tidak akan lagi mengejar dan berjuang lagi untuk menggapai kebahagiaan lagi, yang tadinya kita ingin hidup makmur kita tidak menginginkannya lagi karena kita sudah merasa bahagia dan meski tidak dengan "kemakmuran" sekalipun. Mungkin, kita akan duduk-duduk saja, saling berinteraksi dan tertawa terbahak-bahak. Itukan yang sebagian dari kita inginkan? Akankah kebahagiaan itu membawa kita kepada kebahagiaan yang tidak bahagia? Kita secara evolusi, tidak dirancang untuk duduk manis diam-diam saja. 

Kebutuhan akan sexual dan survival adalah hasil dari evolusi kita yang masih terbawa hingga sekarang. Bayangkan sekenario dimana jika kita sedang lapar namun kita masih bahagia karena kita telah mencapai kebahagiaan yang abadi, apakah kita masih membutuhkan kekenyangan dan berusaha menghentikan hasrat lapar kita? Benar, tidak. Karena kita merasa sudah bahagia walaupun lapar. Karena sudah bahagia akhirnya kita merasa tidak memerlukan makan untuk menghentikan hasrat akan lapar. Lama-lama kita kekurangan gizi, nutrisi, dan kita "mengeksekusi" diri sendiri dengan tidak makan dan bahkan minum. Jadi, apakah kebahagiaan dan kenyamanan sebanding dengan survival?

Kita tidak bahagia karena kita tidak dirancang untuk bahagia, mengapa? Karena kita butuh untuk survival, mengapa sexual juga perlu? Karena, kita butuh keturunan dan semakin banyak keturunan akan membentuk suatu komunitas dan semakin banyak komunitas akan memperkuat kita pada ancaman alam yang akan melanda. Saat kita ingin makan daging, kita perlu membunuh hewan, contoh mamut. Homo sapiens perindividu tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk membunuh mamut, namun karena kita dapat membangun sebuah kerjasama dan membentuk komunitas, di tambah kerjasama antar homo sapiens itu terorganisir maka akan lebih mudah untuk membunuh seekor mamut. Kerjasama dan kekompakan adalah kunci dari kebertahanan hidup homo sapiens, dan oleh karena itu kita masih berevolusi s.d. saat ini. Mengapa hanya sesaat? Karena kita tidak dirancang untuk bahagia tadi, alasan mengapa kita bahagia hanya sesaat saja.

PESAN KESAN

Dalam bacotan ini, jika diperhatikan dengan baik-baik, maka kita bisa menemukan kegeseran-kegeseran yang terjadi pada diri kita sebagai homo sapiens dan kita sebagai bangsa indonesia. Mengapa kita perlu beradaptasi? Karena kita telah berevolusi, namun otak kita belum berevolusi pada tahap otak modern, karena periode hidup homo sapiens zaman dulu(pramodern) lebih lama di bandingkan zaman modern(modern/post modern).

Begitu juga, bangsa kita nusantara. Belum juga terlepas dari mental feodal(terjajah), mental miskin, dan belum juga berobat dari penyakit malas membaca dan menulis. Why people? Ketika ada orang yang membaca menganggap dia kutu buku? Karena kita kebanyakan tidak suka membaca buku dan jika ada orang yang terlihat suka membaca buku kita melabelinya dengan si kutu buku. Dan ketika kita sudah tidak malas membaca dan menulis kita masih punya penyakit malas berpikir, malas mengantre, malas introspeksi diri dari kesalahan dan malah sibuk menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain.

Saya tidak akan mencoba menuliskan apa jati diri kita secara eksplisit. Saya hanya menyajikan tulisan dengan sumber dan pendapat saya. Silahkan renungkan dan jika sudah mengetahui. Kita jangan simpan dalam benak saja, kita terapkan apa yang ada di dalam benak kita pada kehidupan kita "agar kita dapat membangun 'surga' di bumi yang kita jadikan hamparan ini." janganlah penuhi hamparan ini dengan sampah-sampah di mana-mana, sedangkan kamu mengetahui. Janganlah jadikan hamparan kita ini menjadi tak layak dihuni oleh penghuninya sendiri.

Kejatidirian kita sebagai homo sapiens dan sebagai dari bagian sebuah bangsa akan terus berkembang mengikuti keberkembangan diri dan zaman. Jika dulu kita adalah pribadi yang nakal, seiring berkembangan dan bertumbuhnya kita maka kita akan berubah. Kita yang sejati adalah kita yang menyesuaikan dengan zaman agar tetap relevan. Jati diri kita dulu akan beda dengan sekarang dan masa yang akan datang. Jadi, apakah jati diri kita itu tidak orisinil? Tidak, jati diri kita yang orisinil adalah jati diri kita yang tidak terikat pada ruang dan waktu, yang akan tetap menjadi seperti itu, karena tidak terikat pada ruang dan waktu. Karena kita terikat pada ruang dan waktu, maka kita harus menyesuaikan pada dimana dan kapan kita berada.

Daftar sumber yang belum dituliskan:

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/12/102854565/mengapa-orang-indonesia-masih-malas-membaca?page=all

https://penerbitdeepublish.com/malas-membaca/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun