Mohon tunggu...
Fachri R.A.
Fachri R.A. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Hobby saya menulis, menggambar sesuatu, dan mencari tahu sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

APA JATI DIRI KITA SEBAGAI SEBUAH BANGSA?

2 April 2024   22:57 Diperbarui: 2 April 2024   22:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

https://tirto.id/sejarah-hidup-tribhuwana-wijayatunggadewi-sri-ratu-majapahit-geet

https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_dosa_mematikan


TRADISI GOTONG ROYONG YANG DI LUPAKAN 

Masyarakat Nusantara, khususnya jawa adalah masyarakat yang Sering kali menerapkan dan menjunjung tinggi Gotong Royong. Ambil contoh pada saat Saudara maupun tetangga kita akan mengadakan "hajatan" atau acara besar, saat Satu tetangga diketahui sedang akan mengadakan hajatan maka tetanga yang lain akan membantu tanpa diminta, atau Setidaknya jika tetangga yang lain mengetahui bahwa satu tetanganya akan mengadakan "hajatan", maka tetangga lain akan ada yang memberi tahuInformasi tsb pada orang lain, dan tetangga lainnya akan ikut membuntu. Biasanya Laki-laki ikut membantu menyiapkan perlengkapannya, Seperti Mengangkat kursi, mengangkut meja, dsb. Sedangkan perempuan. "Ibu-Ibu" khususnya, dan membantu memasak, menyiapkan bahan-bahan masakan, menyapu mengepel, Bersama-sama menyiapkan segala kebutuhan pangan. Mereka melakukannya bahkan ada yung tampa diminta dibayar atau bahkan disuruh. Tetapi, mengapa mereka melakukan Itu?

Hal itu dilakukan agar pada saat mereka ingin mengadakan suatu acara atau hal semacam itu, setidaknya mereka dibantu oleh orang yang dulu pernah dibantunya. Tentu saja itu adalah hanya satu dari sekian banyak penyebab yang menyebabkan terjadinya tradisi gotong royong ini. Sepertinya mereka mempunyai sebuah perpatah yang mengatakan bahwasanya "Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan." yang secara tidak langsung maupun langsung di anut oleh masyakarat kita. Namun, petuah itu memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya, misalkan jika kita memperlakukan orang lain dengan cara kita ingin diperlakukan oleh orang lain, apakah orang lain itu ingin diperlakukanseperti apa yang kita perlakukan orang tsb sebagaimana kita ingin diperlakukan? Apakah dengan kita bersikap jujur lantas orang lain akan jujur kembali kepada kita? Jika kita memperlakukan orang lain dengan selalu menemaninya agar kita selalu di temani olehnya, maka dengan itu apakah orang lain tsb akan selalu senang dengan apa yang kita perlakukan padanya? 

Belum tentu apa yang kita perlakukan pada orang lain mendapatkan hasil yang baik pada orang lain tersebut, bisa jadi dia tidak menginginkan perlakukan seperti itu dari kamu, bisa jadi dia merasa terganggu oleh perlakuanmu kepadanya. Oleh karena itu, untuk agar orang lain memperlakukan seperti apa yang kita telahlakukan padanya bukan cara yang paling efektif. Kita harus memahami orang lain yang akan menjadi target empati pada kita, pahami orang itu terlebih dulu sebelum dipahami oleh orang tersebut. Cara memahaminya bagaimana? 

Gampangnya dengan kita lebih sering berinteraksi dengannya, mengajukan beberapa pertanyaanyang membuat hubungan terasa lebih dekat, lalu kita akan "memahami" orang tsb, kemudian perlakukanlah orang tsb dengan apa yang dia ingin diperlakukan sebagaimana kita telah memahami seperti apa sebenarnya yang diinginkannya? Kemudian, orang tsb akan merasakan empati karena kita telah memahaminya, dan orang tsb akan melakukan hal serupa dengan kita.   "Pahami dulu sebelum dipahami".

Petuah tadi menjadi mesin penggerak bagi masyarakat kita untuk melakukan gotong royong, untuk mencapai kesejahteraan bersama. Di saat bergotong royong, kita dapat bertukar cerita dengan mereka, bercerita segala pengalaman, keluh-kesah, atau bahkan gosip. Hahaha, setidaknya itu akan mempererat tali persaudaraan kita sebagai sesama makhluk sosial. Namun, tradisi ini mulai di lupakan. Sebuah kehangatan bersama, telah terasa kuno, kerena kita sekarang dapat menyibukan diri sendiri dengan handphone kita. Meski begitu, kita masih membutuhkan kehangatan bersosialisasi dengan orang lain, karena kita makhluk sosial yang saling terhubung satu sama lain. Kehangatan itu dipadamkan oleh angin kemajuan zaman. Tradisi yang kemudian dilupakan oleh pembuatnya sendiri.

HARGA UNTUK TERUS MAJU

Perkembangan teknologi membuat hidup menjadi lebih instan, munculnya kebiasaan hidup instan ini membuat kita enggan untuk berupaya mendapatkan sebuah hasil dari jerih upaya kita. Dengan handphone dan akses internet kita dapat mencari berbagai informasi, mudahnya akses tsb membuat kita lengah pada kebohongan suatu informasi, "POST-TRUTH". Saat banjirya informasi yang tidak valid atau hoax diberitakan disetel, dibaca, diberikan berulang kali maka kita akan menganggap informasi tsb seakan seperti suatu "kebenaran". Dan lebih parahnya lagi, jika ini menyebar luas, dan memang sudah membanjiri seluruh bumi kita.

 Antisipasinya adalah dengan mengetahui level-level dari suatu informasi. Level yang pertama, "dari mana informasi itu didapatkan?" apakah dari sumber yang tidak diketahui otoritas keilmuannya atau sumber yang terpercaya keabsahannya? Silahkan bandingkan informasi dari berbagai sumber, lalu sajikan kesimpulan, Level kedua, "apakah informasi itu benar ada?" cari apakah ada kata kunci dalam info tsb, apakah tokoh A nyata? Jika nyata apakah benar ia melakukan X? Jika ia melakukan X, mengapa, kapan ia melakukannya? Baca keseluruhan isi informasi lalu research informasi yang dianggap penting darinya, Level ketiga, siapa penulisnya? Apa otoritas keilmuannya? Apa kompetensinya? Masih ada beberapa level-level keabsahan suatu informasi, namun 3 level dasar itu saya kira cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun