Dunia pendidikan di Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin serius dan kompleks. Salah satu masalah yang cukup mengkhawatirkan adalah menurunnya moralitas pelajar di berbagai tingkat pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Fenomena ini dapat terlihat dari berbagai contoh kasus yang tidak mencerminkan sikap dan karakter seorang pelajar yang baik, seperti ketidakhormatan bahkan hingga tindak kekerasan terhadap guru, kasus bullying, serta perilaku tidak jujur seorang pelajar dalam ujiannya. Dengan fenomena yang terjadi ini, timbullah sebuah pertanyaan: Apakah sistem pendidikan di Indonesia hanya berfokus pada aspek kognitif dengan menyampingkan pembangunan karakter?
Pendidikan Karakter: Sebuah Kebutuhan Yang Mendesak
Pendidikan di Indonesia selama ini seringkali lebih menekankan pada pencapaian akademik daripada pembentukan karakter. Ujian yang berbasis nilai, target nilai ujian nasional, IPK yang tinggi dan target kelulusan menjadi prioritas. sementara nilai nilai moral sering kali dianggap tidak penting bahkan di kesampingkan.
Akibatnya pendidikan karakter yang seharusnya menjadi fondasi dari sistem pendidikan kurang mendapat perhatian. Padahal, pendidikan moral dan karakter untuk pelajar merupakan komponen penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab dan etika yang baik.
Konsep "merdeka belajar" yang diusung oleh kementrian pendidikan sebenarnya membuka ruang untuk memperbaiki hal ini dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum. Namun, implementasinya masih jauh dari kata sempurna. Banyak sekolah Masi bingung bagaimana cara efektif yang bisa mengajarkan moralitas di tengah tekanan akademik yang sangat besar.
Faktor Penyebab Degradasi Moral Pelajar
Ada beberapa faktor yang bisa dianggap sebagai penyebab menurunnya moralitas pelajar:
1. Pengaruh Media Sosial
Menurut Wantimpres, keterbukaan informasi yang diberikan oleh internet tidak hanya memberikan dampak positif dalam pembelajaran, tetapi juga memunculkan dampak negatif yang dapat merusak moral siswa. Mereka dapat dengan mudah terpapar konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan ideologi radikal yang berpotensi merusak akhlak mereka.
2. Minimnya Peran dari Keluarga
Keluarga seharusnya menjadi tempat pertama bagi anak belajar tentang sopan santun, nilai-nilai moral. Namun, dengan semakin sibuknya orang tuanya mencari rezeki. Sehingga, banyak anak yg kurang mendapatkan bimbingan moral yang cukup di rumah. Yang membuat si anak mencari role model di luar keluarga yang belum tentu baik.