Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah good looking di keseharian kita, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata kita. Sebenarnya apa sih istilah good looking itu? Secara harfiah, good looking artinya adalah bagus dilihat.Â
Namun dalam penggunaannya, istilah tersebut digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki penampilan yang menarik.Â
Istilah good looking yang kita dengar sehari-hari memiliki sifat yang subjektif, sebab istilah tersebut tidak memiliki standar yang baku bagaimana seseorang dapat dikatakan sebagai good looking.Â
Seseorang bisa saja dikatakan good looking karena sekadar seseorang memiliki rupa yang tampan/cantik. Namun, bisa juga karena ia memiliki penampilan yang rapi, atau bahkan bisa juga karena ia memiliki barang-barang branded.
Penggunaan istilah good looking ini sangat sering kita temukan di berbagai platform media sosial, mulai dari instagram, twitter, tiktok, hingga aplikasi chatting. Penggunaan istilah tersebut yang begitu sering dapat membuat jurang pemisah antara orang-orang yang merasa good looking dan orang-orang yang merasa tidak good looking karena merasa dirinya terlihat tidak menarik.Â
Selain itu, orang-orang yang merasa tidak good looking tersebut dapat merasa insecure dengan penampilannya sendiri. Bahkan pada tingkatan yang lebih lanjut dapat menimbulkan perilaku bullying kepada orang-orang yang memiliki predikat tidak good looking karena dianggap jelek dan tidak cocok untuk masuk ke suatu kelompok tertentu.Â
Seringkali seseorang melihat orang lain hanya dari penampilan luarnya saja, dan mereka cenderung lebih banyak memberikan perhatiannya pada mereka yang good looking. Hal tersebut sesuai dengan istilah yang juga sering kita dengar, yaitu "keadilan sosial bagi yang good looking".Â
Padahal orang-orang yang memiliki predikat good looking belum tentu memiliki perangai yang good juga. Bahkan fenomena ini juga sudah mulai merambah ke dunia kerja, di mana beberapa perusahaan menjadikan good looking sebagai persyaratan untuk melamar pekerjaan. Sehingga hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Harding's Error.
Harding’s Error merupakan salah satu jenis kesalahan yang namanya diambil dari nama salah satu Presiden Amerika Serikat, yaitu Warren G. Harding. Mengapa Ia disebut sebagai kesalahan?Â
Hal ini terjadi pada saat Warren G. Harding yang memiliki penampilan yang good looking memenangkan pemilu dan terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-29, padahal Ia bukan termasuk orang yang cerdas, melainkan peragu dan plin-plan dalam menentukan kebijakan.Â
Sehingga pada akhirnya, Ia menjadi salah satu presiden terburuk dalam sejarah Amerika. Pada saat itu, bangsa Amerika secara bersama-sama telah memasuki lubang kesalahan, dan karena hal tersebut nama Warren G. Harding digunakan untuk menunjukkan salah satu jenis kesalahan dalam melakukan cuplikan tipis (thin-slicing) pada saat melakukan pemahaman cepat (rapid cognition).Â
Kesalahan tersebut kemudian mengakibatkan munculnya snap judgement atau kesimpulan yang muncul dalam waktu sekejap, dari penampilan fisik atau penampilan luar seseorang.Â
Tak masalah jika seseorang memiliki fisik yang bagus dan penampilan yang menarik, namun hal tersebut tidak menjadi jaminan apakah orang tersebut juga memiliki kepribadian dan kemampuan yang baik, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.Â
Begitu pun sebaliknya dengan orang-orang yang memiliki penampilan yang kurang menarik, belum tentu orang tersebut juga memiliki kepribadian dan kemampuan yang buruk.
Hal tersebut berhubungan dengan konsep Yin-Yang, di mana di dalam sesuatu yang buruk menurut seseorang pasti terdapat hal yang baik meskipun sedikit yang ditandai dengan warna hitam yang di dalamnya terdapat titik putih, begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, sangat tidak baik jika kita menilai seseorang itu hitam atau putih secara mutlak berdasarkan penampilan luarnya saja.Â
Penilaian yang terdapat pada Harding’s Error dipengaruhi oleh stigma yang subjektif dan telah terbangun di masyarakat sejak lama terhadap orang yang memiliki kondisi tertentu.Â
Misalnya, orang yang memilik warna kulit lebih gelap dianggap sebagai orang yang kerap melakukan tindakan kriminal, atau orang yang memiliki kekurangan fisik adalah orang yang tidak pantas untuk hidup.
Penilaian yang subjektif pada seseorang merupakan salah satu hal yang buruk, dan seringkali mengakibatkan hal-hal buruk lain setelahnya, seperti perilaku bullying, diskriminasi, menghalangi seseorang dalam berkarya, hingga yang terjadi pada Warren G. Harding di atas. Untuk dapat mengurangi penilaian yang subjektif tersebut kita perlu untuk melatih diri kita untuk memandang seseorang secara objektif.Â
Kita perlu untuk melatih pikiran kita untuk menyadari bahwa setiap orang dilahirkan berbeda, entah itu keadaan fisiknya, kemampuan yang dimilikinya, latar belakang keluarganya, kondisi sosial lingkungannya, kondisi ekonominya, dan sebagainya. Dengan menyadari hal tersebut, kita akhirnya dapat mewajarkan bahwa ada orang yang good looking dan tidak good looking.Â
Selain itu, kita juga perlu membuka lebih luas cakrawala pemikiran kita bahwa setiap orang memiliki kemampuan tertentu dan mereka pantas untuk menggunakannya di masyarakat terlepas dari bagaimana tampang yang mereka miliki.Â
Dan saya rasa kita perlu menerapkan konsep Yin-Yang di kehidupan sehari-hari kita untuk dapat membantu kita melihat kelebihan atau hal-hal positif lainnya yang dimiliki oleh seseorang. Dengan begitu, diskriminasi atau bahkan perilaku bullying terhadap orang-orang yang tidak good looking dihilangkan, atau setidaknya dapat dikurangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H